Menteri Erick Persiapkan BUMN Antisipasi Dampak Ekonomi Akibat Gejolak Geopolitik, Apa Saja?
Kementerian BUMN menyiapkan perusahaan-perusahaan milik negara untuk mengantisipasi dampak ekonomi akibat gejolak geopolitik global. Situasi geopolitik saat ini dikhawatirkan berdampak serius terhadap kondisi ekonomi Indonesia.
Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan, inflasi Amerika Serikat (AS) sebesar 3,5% mempengaruhi The Fed untuk tidak menurunkan suku bunga acuan atau Fed Fund Rate dalam waktu dekat. Kondisi tersebut memicu penguatan dolar AS terhadap rupiah.
Kondisi tersebut, kata Erick, termasuk mempengaruhi kenaikan harga minyak mentah dunia WTI dan Brent yang tembus hingga US$ 85,7 dan US$ 90,5 per barel. “Situasi geopolitik juga semakin bergejolak dengan memanasnya konflik Israel dan Iran beberapa hari yang lalu,” kata Erick dalam keterangannya pada Kamis (17/4) kemarin.
Selanjutnya, kata Erick, situasi tersebut termasuk mempengaruhi foreign outflow dana investasi yang dapat melemahkan rupiah, dan menaikkan imbal hasil obligasi. Ketegangan saat ini diperkirakan akan meningkatkan biaya impor bahan baku dan pangan, dan menggerus neraca perdagangan Indonesia.
Karena itu, kata Erick, pihaknya meminta BUMN sektor perbankan untuk menjaga proporsional porsi kredit yang terdampak volatilitas rupiah, suku bunga, dan harga minyak. BUMN yang terdampak dari sisi bahan baku impor karena itu perlu mengoptimalkan pembelian dolar AS dalam jumlah besar pada waktu singkat ini.
“Serta melakukan kajian sensitivitas terhadap pembayaran pokok dan bunga utang dalam dolar AS yang akan jatuh tempo dalam waktu dekat,” kata Erick.
Masih kata Erick, BUMN yang memiliki utang luar negeri atau berencana menerbitkan instrumen dalam dolar AS agar mengkaji opsi hedging dalam meminimalisasi dampak fluktuasi nilai tukar mata uang. “Seluruh BUMN diharapkan dapat waspada dan awas dengan memantau situasi saat ini, mengingat kemungkinan terjadi kenaikan tingkat suku bunga dalam waktu dekat,” ujarnya.