Strategi untuk Praktisi PR Penting untuk Ubah Persepsi di Publik
Ketua Umum Forum Public Affairs Indonesia Agung Laksamana menekankan pentingnya strategi yang harus dimiliki setiap insan praktisi public affairs Indonesia untuk mengubah suatu persepsi yang timbul di mata masyarakat. Hal utama yang perlu diketahui seorang praktisi public affairs hendaknya memiliki suatu tujuan yang dapat berdampak terhadap pencapaian yang diinginkan.
Dalam penerapannya, kata Agung, seorang public affairs harus terlebih dahulu memahami tujuan dan maksud dari pencapaian tersebut. “Mungkin di sini menterinya goal-nya seperti apa, bisnis golnya seperti apa, mungkin ada CSR golnya seperti apa, dan impact-nya seperti apa,” kata Agung dalam webinar yang digelar The Iconomis, Kamis (13/1).
Setelah itu, kata Agung, seorang praktisi public affairs juga dituntut untuk bisa memahami posisi dari suatu perusahaan, ataupun lembaga. Mengutip ucapan Jeff Bezos, bos Amazon, ketika seseorang meninggalkan ruangan, maka brand yang ada dalam penilaian orang tersebut yang akan menjadi tujuan untuk bisa ditonjolkan kepada publik.
Selanjutnya, kata Agung, seorang praktisi public affairs juga harus dapat memahami siapa stakeholder, regulator, dan influencer. Hal-hal tersebut dinilai menjadi saling berkaitan terhadap posisi penilaian masyarakat terhadap suatu brand.
“Stakeholder-nya itu siapa? Harus lebih spesifik lagi, siapa regulatornya, siapa influencer leader-nya atau KOL (key opinion leader), NGO mungkin ada asosiasi. Channel-nya sudah pasti paid, earned, owned, and shared. Output-nya mau seperti apa, ada proactive engagement, ada influencing policies,” kata Agung.
Menurut Agung, apabila hal-hal tersebut dapat terpenuhi, maka suatu brand akan mulai membentuk suatu kepercayaan yang dalam. Dan itu tentu saja akan berdampak secara langsung terhadap pandangan persepsi di mata publik.
“Pesan kita tidak terganggu, mungkin ada funding di sana, ada trust, ada change of perception yang tadinya tidak mau memakai asuransi, akhirnya berubah menjadi memakai perusahaan Anda. Persepsi yang tadinya skeptis sekarang menjadi lebih percaya, dan reputasinya terbentuk,” ujar Agung.
Karena itu, kata Agung, setiap praktisi public affairs sebaiknya memegang strategi dan langkah tersebut untuk menciptakan segala peluang yang ada dari suatu kegiatan komunikasi. “Jadi roadmap ini kepada para praktisi itu harus menjadi sangat penting bagaimana kita membentuk dari perbedaan antara outputs dan outcomes dalam sebuah kegiatan komunikasi,” katanya.