GM Akan Produksi 30 Ribu Ventilator untuk Covid-19 dengan Kontrak US$ 489 Juta
Alat bantu pernapasan alias ventilator menjadi barang yang sulit didapatkan setelah virus corona menyebar ke berbagai negara. Bahkan karena virus corona itu, umumnya negara-negara berkompetisi untuk mendapatkan ventilator termasuk Indonesia.
Itu sebabnya, pemerintah membuka alternatif lain untuk mendapatkan ventilator. Kementerian BUMN, misalnya, bersedia membeli produk lokal asal ventilator itu memenuhi standar yang ditetapkan pemangku kepentingan kesehatan. Ventilator produk lokal kemungkinan akan diproduksi Universitas Indonesia dan Institut Teknologi Bandung.
Amerika Serikat (AS) yang dikenal sebagai negara terkuat dunia itu pun kekurangan ventilator ketika menghadapi wabah virus corona. Karena itu, pemerintah AS sebagaimana yang dilaporkan Reuters pada Rabu (8/4) menggandeng General Motors (GM) untuk memproduksi ventilator.
Nilai kontraknya mencapai US$ 489,4 juta untuk memproduksi sekitar 30 ribu ventilator. Meski untuk kesehatan, ini kali pertama pemerintah AS di bawah Presiden Donald Trump membuat kontrak mengacu ke Undang Undang Pertahanan. Sebab, ventilator diperlukan untuk memerangi wabah virus corona.
Untuk memproduksi alat kesehatan itu, GM menggandeng Ventec Life Systems, perusahaan pembuat ventilator. Pengiriman tahap pertama akan dilakukan pada Juni nanti sebanyak 6.132 ventilator.
“Kami akan memenuhi kebutuhan pemerintah dan (memiliki) kapasitas untuk memasok lebih banyak lagi jika diperlukan,” kata juru bicara GM Jim Cain seperti dikutip Reuters.
Sementara itu, Wakil Direktur Utama GM Gerald Johnson mengatakan, pihaknya telah membelanjakan puluhan juta dolar untuk biaya retooling karena menghasilkan ventilator.
Sebelumnya, Ford Motor memastikan akan memproduksi 50 ribu ventilator untuk 100 hari ke depan. Perusahaan ini akan bekerja sama dengan unit kesehatan General Electric.