Jaga Stabilitas Rupiah di Tengah Ketidakpastian Global yang Tinggi, BI Pertahankan BI Rate di Level 5,75%

0
23

Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG-BI) pada 18-19 Maret 2025 kembali mempertahankan BI Rate pada level 5,75%. Suku bunga acuan berada pada level tersebut sejak Januari lalu.

Bank Indonesia juga mempertahankan suku bunga Deposit Facility dan Lending Facility, masing-masing sebesar 5,00% dan 6,50%.

“Keputusan ini konsisten dengan upaya menjaga perkiraan inflasi 2025 dan 2026 tetap terkendali dalam sasaran 2,5±1%, mempertahankan stabilitas nilai tukar Rupiah yang sesuai dengan fundamental di tengah ketidakpastian global yang tetap tinggi, dan turut mendorong pertumbuhan ekonomi,” ujar Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo dalam konferensi pers, Rabu (19/3).

Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat terus mengalami pelemahan. Berdasarkan data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) yang dirilis Bank Indonesia, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS pada 19 Maret berada di level Rp16.528, melemah dari Rp16.432 pada 18 Maret.

Namun Bank Indonesia menyatakan nilai tukar Rupiah tetap terkendali. Pada Maret 2025 ini hingga 18 Maret, menurut BI nilai tukar mata uang Garuda ini menguat sebesar 0,94% (ptp) setelah pada Februari 2025 melemah 1,69% (ptp).

Baca Juga :   S&P Berikan Rating BBB dan Outlook Stable, Bagaimana Respons Pemerintah Indonesia?

“Tekanan-tekanan Rupiah yang sekarang terjadi lebih bersifat tekanan-tekanan faktor-faktor teknikal, karena memang ketidakpastian di perekonomian global baik karena kebijakan tarif maupun juga ketidakpastian di pasar keuangan global,” ujar Perry.

Nilai tukar Rupiah, menurut Perry, stabil dan cenderung menguat karena fundamental ekonomi Indonesia yang baik, yaitu pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan tetap tinggi, inflasi rendah, defisit neraca pembayaran rendah dan juga imbal hasil aset keuangan yang tetap menarik.

“Kami masih mempercayai pertumbuhan ekonomi domestik itu masih baik. Kami perkirakan tahun ini masih mencapai 4,7%-5,5%,” ujarnya.

Senada, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Destry Damayanti mengatakan selama ini pergerakan nilai tukar Rupiah tetap stabil, dibandingkan negara-negara peers.

Tekanan terhadap nilai tukar saat ini, jelasnya, terutama bersumber dari pasar saham Indonesia yang sejak akhir tahun lalu mengalami koreksi terutama karena aksi jual investor asing. Hengkangnya investor asing dari pasar saham, menurutnya, terutama karena kebijakan pemerintah Amerika Serikat di bawah pemerintahan baru Donald Trump.

“Kalau  kita lihat policy dari Trump itu memberikan dampak terhadap ekonomi secara keseluruhan. Oleh karena itu, maka kita lihat di saham memang year to date kita masih mengalami outflow (dari Januari-Maret) itu Rp22 triliun.Tetapi  untuk SBN dan SRBI, kita mengalami inflow sekitar Rp25 triliun,” ujarnya.

Baca Juga :   Setelah Naikan BI Rate, Bank Indonesia Optimistis Rupiah akan Terus Menguat

Aliran modal asing yang masuk ke SBN dan SRBI, menurut Destry, terutama mempertimbangkan faktor fundamental ekonomi Indonesia yang baik.

“Bank Indonesia akan terus berada di market. Kita beberapa hari ini juga terus untuk menunjukkan kepada market bahwa koreksi Rupiah ini kita harapkan memang temporary, sehingga BI masuk langsung, kita intervensi di spot atau DNDF dan juga kalau diperlukan kita masuk di SBN,” ujarnya.

Dapatkan berita dan analisis seputar ekonomi, bisnis dan lainnya hanya di theiconomics.com.

Pastikan untuk mengikuti perkembangan terbaru, berita, dan event The Iconomics di akun sosial media kami:
Instagram: the.iconomics
TikTok: @theiconomics
YouTube: @theiconomics
X: theiconomic
LinkedIn: The Iconomics

Leave a reply

Iconomics