
Bank Indonesia: Ada Pergeseran Portofolio Investor Global, Sebagian Besar ke Emas

Emas Antam/Antara
Ketidakpastian ekonomi global yang tinggi saat ini mempengaruhi perilaku investor global. Menurut Bank Indonesia saat ini terjadi pergeseran preferensi instrumen investasi para investor.
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo mengatakan kebijakan tarif yang dilakukan oleh pemerintah Amerika Serikat di bawah Presiden Donald Trump yang meluas, juga berimbas pada perekonomian domestik negara itu.
Akibatnya, bila sebelumnya investor global dari berbagai negara berbondong-bondong masuk ke pasar keuangan Amerika Serikat, sehingga indeks Dollar AS menguat, tetapi kini terjadi perubahan preferensi.
“Dulu hampir semua portofolio investasi, apakah saham, obligasi, maupun berbagai sekuritas itu semuanya ke Amerika Serikat. Dengan perkembangan terakhir, ini sudah mulai ada pergeseran. Untuk obligasi yang dimiliki oleh pemerintah maupun swasta, sudah mulai ada pergeseran. Ini mulai balik ke emerging market, sebagian. Belum kuat. Tetapi, yang besar adalah pergeseran ke emas. Investasi ke emas,” ujar Perry dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (19/3).
Selain emas, menurut dia, investor saat ini cenderung berpindah ke obligasi baik yang diterbitkan pemerintah maupun perusahaan.
Bahkan investor juga hengkang dari pasar saham Amerika Serikat sehingga indeks saham di negara itu juga melemah.
“Oleh karena itu, kami masih mempercayai instrumen-instrumen aset keuangan Indonesia, apakah SBN, apakah saham, apakah juga SRBI, secara fundamental itu memang tetap menarik. Karena pertumbuhan ekonomi kita tetap tinggi. Perkiraan kami tetap 4,7%-5,5%,” ujarnya.
Karena itu, Perry, Optimistis, nilai tukar Rupiah tetap akan menguat seiring dengan kembalinya investor asing ke pasar keuangan domestik.
“Rupiah secara fundamental mestinya juga harus menguat. Jadi, tekanan-tekanan Rupiah yang sekarang terjadi lebih bersifat tekanan-tekanan faktor-faktor teknikal, karena memang ketidakpastian di perekonomian global baik karena kebijakan tarif maupun juga ketidakpastian di pasar keuangan global,” ujarnya.
Leave a reply
