Kendati Turun, Bea Cukai Sebut Nilai Ekspor ke Tiongkok Stabil

Wabah virus corona tampaknya tidak terlalu mempengaruhi nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok. Direktorat Jenderal Bea Cukai Kementerian Keuangan mencatat ekspor Indonesia ke Tiongkok cenderung stabil kendati mengalami penurunan tipis pada akhir Februari 2020.

Data lembaga tersebut menunjukkan posisi ekspor Indonesia ke Tiongkok pada akhir Februari 2020 mencapai US$ 506 juta. Angka ini mengalami penurunan 9,1% dibandingkan nilai ekspor akhir Januari pada tahun yang sama yang mencapai US$ 557 juta. Namun, dibandingkan dengan posisi akhir Januari 2019 yang mencapai US$ 554 juta, angka akhir Januari 2020 tersebut bisa disebut naik tipis alias stabil.

Dari sisi ekspor komoditas terutama bahan mineral seperti batu bara Indonesia ke Tiongkok naik 7,25% atau naik dari US$ 147,4 juta awal tahun menjadi US$ 191,5 juta per akhir Januari 2020. Kemudian, nilai tersebut kembali naik menjadi US$ 205,4 juta per akhir Februari 2020.

Direktur Kepabeanan Internasional dan Antar Lembaga Ditjen Bea Cukai Kemenkeu Syarif Hidayat mengatakan, kenaikan ekspor ini merupakan tanda baik dari neraca perdagangan internasional. Apalagi tren penurunan impor jauh lebih dalam ketimbang nilai ekspor.

Jumlah ekspor ini disebut cenderung stabil akibat dari pergerakan ekonomi Tiongkok yang belum stabil. Memang, kata Syarif, di awal tahun jumlah ekspor menyentuh nilai US$ 499 juta. Tapi ini masih stabil mengingat pada 20 Februari 2020 sudah sampai sekitar US$ 500 juta.

“Ini masih stabil,” kata Syarif.

Untuk komoditas lainnya meliputi bahan primer, barang tambang hingga lemak dan minyak hewan nabati, nilai ekspornya mengalami penurunan. Masing-masing turun 41,65%, 73%, dan 34%.

“Harusnya ini jadi pertanda baik, karena selisihnya mengecil, net ekspor kan jadi lebih baik. Tapi kita lihat datanya nanti di BPS ya, ini data kita hanya nilainya atau devisa negara,” kata Syarif.