
Melantai di Bursa Efek, Bagaimana Prospek Perusahaan Startup Pigijo?

Pigijo, perusahaan rintisan pertama yang tercatat di Papan Akselerasi Bursa Efek Indonesia/PD The Iconomics
Pasar modal Indonesia kedatangan anggota baru yang istimewa di awal tahun 2020 ini yaitu PT Tourindo Guide Indonesia Tbk atau yang lebih dikenal dengan nama Pigijo. Perusahaan ini bergerak di bidang penyediaan jasa digital travel marketplace.
Mengapa disebut istimewa? Karena emiten dengan kode saham PGJO ini merupakan perusahaan startup (rintisan) yang baru berdiri tahun 2017 lalu. Tetapi, sudah memenuhi syarat untuk menggalang dana publik melalui pasar modal.
Perseroan baru mulai beroperasi sejak Juni 2018 yang ditandai soft launching dari website Pigijo. Keistimewaan lainnya adalah Pigijo menjadi emiten pertama yang tercatat di Papa Akselerasi. Ini merupakan papan pencatatan di BEI untuk perusahaan dengan aset skala kecil dan menengah. Papan akselerasi ini baru dibuka pada Juli 2019. Sebelumnya, papan pencatatan bursa hanya dua yaitu Papan Utama dan Papan Pengembangan.
Menjadi emiten pertama yang melantai di bursa efek pada tahun 2020 dan sekaligus menjadi emiten pertama yang tercatat di Papa Akselerasi, debut Pigijo di pasar modal Indonesia direspons positif oleh investor.
Di hari pertama perdagangan pada Rabu (8/1), harga saham PGJO melonjak 10% , dari harga perdana Rp 80 menjadi Rp 88.
Bagaimana fundamental perusahasan?
Mengutip prospektus perusahaan, pada semester pertama 2019 lalu, total nilai penjualan perseroran sebesar Rp 36,18 miliar. Sedangkan sepanjang 2018 sebesar Rp 28,29 miliar. Sebagian besar pendapatan berasal dari tiket pesawat yaitu sekitar Rp 21 miliar sepanjang semester pertama 2019.
Di sisi bottom line, PGJO masih belum mencetak profit. Rugi tahun berjalan Perseroan pada tanggal 30 Juni 2019 adalah sebesar Rp1,75 miliar mengalami peningkatan dibandingkan dengan rugi tahun berjalan pada 30 Juni 2018 sebesar Rp 415,93 juta.
“Penyebab utama peningkatan kerugian Perseroan adalah dimulainya operasional Perseroan sejak bulan Juni 2018 yang merupakan soft launching dari website Pigijo, hal ini menyebabkan kenaikan biaya operasional yang signifikan,” tulis manajemen dalam prospektus.
Setelah melantai di bursa efek, manajemen PGJO sudah menyusun berbagai rencana bisnis. Claudia Ingkiriwang, Founder dan CEO Pigijo mengatakan dana dari hasil Initial Public Offering (IPO) akan digunakan secara proposional untuk pengembangan platform, penambahan mitra dan pemasaran.
“Saat ini bisa dibilang hampir seimbang 30%:30%, karena part yang paling besar engine platformnya kita sudah ready. Awalnya itu yang paling besar alokasi [dananya],” ujar Claudia kepada wartawan di Bursa Efek Indonesia, Rabu (8/1).
Untuk pemasaran sendiri, PGJO akan fokus menyasar wisatawan asing (wisman). Dari target 180.000 transaksi pada 2020 ini, menurut Claudia, PGJO menargetkan transaksi dari wisman mencapai 80%. “Kami berharap kira-kira 10%-20% wisman yang datang ke Indonesia akan menggunakan fitur Pigijo,” ujar Claudia.
Bagaimana dengan penambahan mitra? Saat ini jumlah mitra PGJO yang tersebar di semua provinsi di Indonesia sebanyak 3.800-an. Tahun 2020 ini, PGJO menargetkan jumlah mitra mencapai 6.000.
“Saat ini kita sudah menjadi database tempat pariwisata terbesar di Indonesia. Ada 4.000 titik kita inventarisir di seluruh Indonesia yang menjadi destinasi pariwisata,” ujarnya.
Lantas kapan perusahaan akan meraih laba? Claudia mengakui PGJO baru akan mencatatkan laba bersih pada tahun ke-6 setelah IPO atau tahun 2026. “Kita sudah membuat skema bisnis yang cukup hati-hati namun sustain agar di tahun ke enam itu kami sudah bisa mendapatkan laba,” ujarnya.
Leave a reply
