
Anggota Komisi VI Ini Janji Tanyakan ke Kimia Farma soal Kelangkaan Yodium untuk Produksi Garam

Anggota Komisi IV DPR Luluk Nur Hamidah/Iconomics
Anggota Komisi VI DPR Luluk Nur Hamidah berjanji akan mempertanyakan kesulitan para produsen di sejumlah daerah untuk mendapatkan yodium di PT Kimia Farma Tbk (KAEF). Karena itu, para produsen yang umumnya berasal dari pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) itu sulit untuk memproduksi garam konsumsi.
“Kita belum cek detail gitu. Jika ada laporan, kita bisa tanyakan saat rapat dengan mereka (Kimia Farma) atau melalui cara lain. Kita akan pelajari lebih lanjut,” kata Luluk saat ditemui wartawan The Iconomics di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (27/5).
Sejumlah produsen di berbagai daerah mengaku kesulitan mendapatkan yodium untuk memproduksi garam konsumsi. Bahkan para produsen tidak bisa mendapatkan yodium tersebut yang biasa tersedia di Kimia Farma. Mengapa?
Perusahaan milik negara itu rupanya memutuskan menghentikan aktivitas operasional penambangan sumur yodium. Keputusan itu, menurut Corporate Communication Kimia Farma Hilda Shinta, menjadi faktor yang menyebabkan produsen garam kesulitan mendapatkan yodium di sejumlah daerah.
“Saat ini Perseroan sudah tidak melakukan aktivitas operasional penambangan sumur yodium. Karena kadar yodium di sumur-sumur milik Perseroan terus menurun, dan sudah melewati batas tingkat keekonomisan,” kata Hilda saat dihubungi wartawan The Iconomics, Jumat (24/5).
Sebelumnya, Sejumlah produsen garam mengeluhkan sulitnya mendapatkan yodium untuk memproduksi garam konsumsi. Yodium merupakan salah satu bahan penting untuk membuat garam konsumsi beryodium.
Ketua Koperasi Produsen Taman Garam Aufa Marom mengatakan, sejumlah produsen garam di wilayah Pekanbaru, Pasuruan, Lampung, Jawa Tengah, dan Madura kesulitan untuk mendapatkan yodium. Padahal, harga yodium di pasaran saat ini masih tergolong normal.
Karena itu, kata Aufa, pihaknya tetap khawatir apabila kondisi tersebut tidak segera ditangani, karena bisa saja harganya akan merangkak naik. Untuk saat ini, harga yodium sudah menyentuh Rp 1,1 juta per 500 gram dan biasanya bisa dibeli di PT Kimia Farma Tbk.
“Kalau harga masih normal, hanya saja jika ada sidak dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), lantas di gudang tidak ada yodium bisa bermasalah juga,” kata Aufa kepada wartawan The Iconomics, Kamis (23/5).
Karena kesulitan mendapatkan yodium, kata Aufa, pihaknya harus menghentikan sementara aktivitas produksinya. Hal itu terpaksa dilakukan karena kalah pangsa pasar dengan produsen garam yang lebih besar.
“Kimia Farma saya tanyakan lagi kosong. Sebelumnya bisa beli di sana. Kemarin saya hanya membantu mencarikan yodium untuk pelanggan saya Riau. Dan teman-teman garam yang saya sebutkan tadi juga sebagian kesulitan,” Aufa menambahkan.
Leave a reply
