Indonesia Disebut Titik Terang di Tengah Kesuraman Ekonomi Dunia, Ini Kata Presiden Jokowi
Di tengah prediksi suram perekonomian global, perekonomian Indonesia diperkirakan masih tumbuh positif. Namun, Presiden Joko Widodo mengatakan Indonesia harus tetap waspada dan hati-hati, karena kondisi ‘sulit’ tahun ini dan ‘gelap’ di tahun depan, seperti yang diprediksi berbagai lembaga internasional, merupakan badai yang sulit dihitung, diprediksi dan dikalkulasi imbasnya.
“Minggu yang lalu, Managing Director IMF mengatakan bahwa Indonesia adalah titik terang di tengah-tengah kesuraman ekonomi dunia. Yang ngomong bukan kita lho ya, [tetapi] Kristalina, Managing Director IMF. Titik terang diantara kesuraman ekonomi dunia. Kan bagus kalau banyak yang menyampaikan seperti itu, sehingga trust, kepercayaan global kepada kita akan semakin baik,” ujar Presiden Jokowi ketika membuka acara Trade Expo Indonesia Ke-37 Tahun 2022, Rabu (19/10).
Indonesia, tambah Presiden harus hati-hati, karena saat ini sudah ada 16 negara yang menjadi pasien IMF dan 28 negara lainnya masih antre di pintu IMF.
“Sekali lagi, kita wajib bersyukur karena pertumbuhan ekonomi kita masih di 5,44% dan saya masih meyakini di kuartal ketiga ini kita juga masih tumbuh di atas 5% atau di atas 5,4%,” ujar Presiden.
Optimisme akan pertumbuhan ekonomi kuartal ketiga ini, demikian Presiden, berdasarkan sejumlah indikator dini. Seperti neraca perdagangan yang masih surplus sebesar US$4,99 miliar pada September lalu. Kemudian, kredit perbankan masih tumbuh 10,7% dan indeks kepercayaan konsumen masih di angka 124,7%.
“Semuanya masih pada kondisi yang baik-baik. Tetapi sekali lagi dalam kondisi yang sangat sulit seperti ini, kerja keras adalah kuncinya,” ujar Presiden.
Presiden kembali mengingatkan agar bekerja tidak hanya memperhatikan level makro, tetapi juga mikro, hingga ke detil-detilnya. Dalam hal mengatasi inflasi, misalnya, Presiden mengatakan bila di negara lain hanya mengandalkan bank sentral dengan menaikkan suku bunga, di Indonesia otoritas fiskal juga turun tangan.
“Sumber inflasi di pasar itu yang juga diselesaikan. Dengan apa? Sebulan yang lalu saya sudah perintahkan gubernur, bupati dan walikota, untuk ikut memakai APBD untuk ongkos transportasi dari produsen ke pasar, dari produsen ke konsumen. Dua-duanya bergerak. Otoritas moneter bergerak, otoritas fiskal bergerak, kemudian daerah juga bergerak,” ujar Presiden.