KSSK Sebut Inflasi Lebih Rendah dari Perkiraan, BI Tempuh Ini untuk Pengendalian

Tangkapan layar, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati/Iconomics
Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) menyebutkan inflasi pada Oktober 2022 lebih rendah dibanding perkiraan awal, terutama sejak pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM). Buktinya inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) hanya 5,71% secara tahunan (yoy) di Oktober 2022, lebih rendah dari bulan sebelumnya yang mencapai 5,95% yoy.
“Lebih rendah dibandingkan perkiraan awal saat penyesuaian harga BBM yang memang pasti akan mempengaruhi kelompok dari administered price dan volatile food. Ini merupakan suatu tanda dan perkembangan yang baik, Indonesia tetap mampu menjaga inflasi, relatif dalam level yang moderat,” kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam keterangan resminya beberapa waktu lalu.
Sri Mulyani menuturkan, inflasi dari volatile food menurun menjadi 7,19% secara yoy dan menggambarkan langkah sinergi serta koordinasi yang dilakukan baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, juga para stakeholders lainnya. Pemerintah, juga memakai instrumen insentif daerah untuk memberikan reward bagi daerah-daerah yang tetap menjaga dan memperhatikan tingkat inflasi.
“Pemerintah pusat dan pemerintah daerah, bersama-sama dengan Bank Indonesia (BI), serta berbagai mitra strategis lainnya yang terwadahi di dalam tim pengendali inflasi pusat, dan tim pengendali inflasi daerah, serta terus digiatkannya Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP),” katanya.
Di samping itu, kata Sri Mulyani, inflasi administered price berada di level 13,28% yoy, tidak setinggi dari perkiraan awal setelah kenaikan harga BBM dan secara langsung ikut mempengaruhi tarif angkutan umum. Begitu pula inflasi inti yang tetap terjaga di angka 3,31% yoy di mana itu dinilai sejalan dengan rendahnya dampak rambatan dari penyesuaian harga BBM dan belum kuatnya tekanan inflasi yang berasal dari sisi permintaan.
Sementara itu, Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, apabila inflasi dapat terkendali dengan baik, maka bisa mendukung pertumbuhan ekonomi, daya beli masyarakat dan stabilitas nilai tukar rupiah. Itu sebabnya, BI akan terus berupaya mengawasi dan memantau respons lanjutan agar kebijakan moneter yang diambil bisa mengendalikan inflasi, serta kembali ke sasaran.
“Nilai tukar stabil, ini sangat penting, tidak hanya stabilitas makro, juga perbankan memerlukan stabilitas-stabilitas ini, dan tentu saja tetap mendukung momentum pertumbuhan ekonomi,” ujar Perry.
Leave a reply
