Marginnya Lebih Jumbo, Garuda Indonesia Terus Optimalkan Pendapatan di Luar Tiket

0
49

Berbagai strategi ditempuh PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk untuk mendongkrak pendapatan, di luar pendapatan tiket penerbangan.

Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, Irfan Setiaputra mengatakan, Perseroan terus menggenjot pendapatan tambahan (ancillary revenue) yang memiliki margin yang lebih besar.

“Tahun-tahun sebelumnya ancillary revenue per bulan itu di sekitar US$2 jutaan, hari ini kita sudah US$ 8 juta. Dan ini akan terus menerus meningkat. Kita berharap satu saat bisa US$15-20 juta satu bulan. Ini memang tantangan besar buat tim semuanya,” ujar Irfan dalam acara paparan publik di Garuda City, Bandar Udara Internasional, Soekarno-Hatta, Tangerang, Senin (11/11).

Irfan mengatakan, ancillary revenue ini memiliki margin yang besar, yaitu lebih dari 80%. 

“Sementara jual tiket itu marginya single digit,” katanya tanpa menyebut angka pasti.

Saat ada tuntutan konsumen untuk menurunkan harga tiket, ia mengatakan, Garuda tak punya pilihan, selain mempertahankan harga yang ada.

“Ini yang kita lakukan sebagai suatu perusahaan untuk memastikan tanggung jawab kita kepada para investor dan publik bahwa perusahaan dijaga dan dipastikan dari waktu ke waktu akan meningkatkan profitabilitasnya,” ujar Irfan.

Baca Juga :   Garuda Indonesia Kembali Operasikan Rute Narita-Denpasar PP

Ia tak merinci apa saja program Garuda saat ini untuk mendorong peningkatan pendapatan tambahan atau ancillary revenue.

Dalam catatan Theiconomics.com, baru-baru ini Garuda meluncurkan program  ‘Selection Seat’, program promosional khusus bagi masyarakat yang ingin merencanakan perjalanan lebih awal khususnya dengan pemilihan kursi penerbangan.

Melalui inisiatif baru ini, para pengguna jasa khususnya untuk pemegang tiket Eco Promo dan Eco Affordable berkesempatan untuk memilih kursi favorit baik dengan legroom lebih luas di area first row dan kursi di baris pintu darurat (emergency exit row).

Selain itu, pemegang tiket Eco Promo juga dapat memilih preferensi kursinya di Regular Seat dengan biaya tambahan yang terjangkau, yakni mulai dari Rp 85 ribu untuk pemesanan Regular Seat dan mulai dari Rp 199 ribu untuk pemesanan Extra Legroom Seat.

“Apabila tidak ada yang membeli  atau sebagian dibeli menjelang 48 jam sebelum penerbangan, akan berlaku kondisi seperti biasa yaitu siapa datang duluan bisa memperoleh tempat duduk yang lebih baik,” kata Irfan.

Baca Juga :   Beban Utang Menggunung, Garuda Indonesia Terancam Crash

Kinerja terus membaik

Secara keseluruhan hingga Oktober 2024, pendapatan bersih (net revenue) Garuda Indonesia tumbuh 16% year on year (yoy), dari US$2,4 miliar pada Oktober 2023, menjadi US$2,8 miliar pada Oktober 2024.

EBIDA Garuda juga meningkat sebesar 13,82% yoy, dari US$685 juta, menjadi US$780 juta.

Laba operasi per Oktober 2024, tercatat sebesar US$310,4 juta, dari dari US$249 juta pada periode yang sama tahun lalu.

Dus, per Oktober 2024, Garuda Indonesia membukukan laba bersih (net income) sebesar US$18,11 juta, dari rugi bersih sebesar US$82 juta pada periode yang sama tahun lalu.

Perbaikan pada bottom line terjadi karena Garuda Indonesia berhasil menerapkan skema perjanjian ijarah dengan 10% lessor.

“Skema ijarah sudah mulai kita eksekusi. Perubahan skema perjanjian dalam bentuk ijarah ini adalah mengubah pencatatan keuangan dari PSAK 73 menjadi PSAK 107 yang diharapkan secara jangka panjang berdampak pada peningkatan ekuitas Perseroan, membuat Perseroan lebih solvable, dan berpotensi menaikkan nilai kapitalisasi pasar saham Perseroan,” kata Irfan.

Ia menambahkan, perbaikan solvabilitas akan membuka akses perusahaan untuk memperoleh pinjaman komersial baru dan memperbaiki kondisi keuangan Perseroan.

Baca Juga :   Direktur Utama Garuda Indonesia Lapor Balik Ketua DPP Serikat Karyawan Garuda

Dalam jangka panjang, kata Irfan, juga akan meningkatkan rating perusahaan.

“Setelah skema ijarah diimplementasi, net income kita jadi positif,” ujarnya.

Dari sisi pendapatan, Garuda Indonesia juga terus mengalami peningkatan, kata Irfan, meski di sisi lain jumlah armada relatif sama, bahkan berkurang.

“Dengan jumlah pesawat yang kita miliki, tidaklah menghilangkan kewajiban kita untuk terus menerus menambah frekuensi. Oleh sebab itu, dengan jumlah pesawat yang relatif sama dibandingkan tahun lalu, utilisasi kita meningkat,” ujarnya.

Utilisasi yang meningkat ini, terjadi karena lebih banyak rute yang dilayani Garuda Indonesia.

“Dengan lebih banyak rute yang kita layani, tentu saja dari awal kita juga harus sangat hati-hati untuk memastikan bahwa keterisiannya itu bisa terjaga,” ujarnya.

Dapatkan berita dan analisis seputar ekonomi, bisnis dan lainnya hanya di theiconomics.com.

Pastikan untuk mengikuti perkembangan terbaru, berita, dan event The Iconomics di akun sosial media kami:
Instagram: the.iconomics
TikTok: @theiconomics
YouTube: @theiconomics
X: theiconomic
LinkedIn: The Iconomics

Leave a reply

Iconomics