Kinerja Tugu Insurance Moncer, Apa Kata Pengamat Pasar Modal?
PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk (Tugu Insurance) kembali mencatatkan pertumbuhan kinerja yang positif. Mengacu pada laporan keuangan konsolidasian perseroan selama 9 bulan yang tidak diaudit, premi bruto TUGU tumbuh 26% year-on-year (yoy) menjadi Rp 6,9 triliun.
Adapun pendapatan premi neto perseroan yakni premi bruto yang telah dikurangkan dengan premi reasuransi dan perubahan cadangan premi tumbuh 20% yoy menjadi Rp2,8 triliun.
Tugu Insurance menyampaikan Pendapatan underwriting TUGU yang merupakan pendapatan premi neto setelah dipotong dengan beban komisi neto tumbuh 17% yoy menjadi Rp2,3 triliun. Di tengah pertumbuhan double digit dari sisi pendapatan underwriting, beban underwriting TUGU hanya tumbuh 9% yoy sehingga membuat hasil underwriting TUGU naik 39% yoy menjadi Rp725 miliar.
“Di antara peers dengan model bisnis yang serupa di sektor asuransi umum, hasil underwriting TUGU tumbuh paling tinggi karena rata-rata peers hanya naik 14%. Selain itu pertumbuhan premi bruto, neto dan underwriting TUGU yang dobel digit juga lampaui industri yang single digit growth,” kata pengamat pasar modal, Yazid Muammar dalam keterangannya.
Ia menilai bahwa kenaikan hasil underwriting TUGU dikarenakan perseroan mampu menggenjot pertumbuhan premi terutama dari sisi segmen kebakaran dan properti serta menurunkan rasio klaim atau yang dikenal dengan loss ratio. Pada segmen ini TUGU tidak hanya mengandalkan produksi premi dari sinergi bisnis di lingkungan Pertamina Group, tapi juga perolehan baik secara direct ataupun konsorsium asuransi BUMN Group lainnya & Non BUMN.
“Di Indonesia, segmen asuransi umum dengan kontribusi premi terbesar berasal dari asuransi properti, kredit dan kendaraan bermotor. Untuk asuransi kebakaran dan properti, TUGU naik signifikan yang menunjukkan peningkatan pangsa pasar dan juga mencerminkan bahwa TUGU mampu mengambil peran yang strategis,” kata Yazid.
Yazid juga melihat bahwa faktor yang mendongkrak profitabilitas TUGU adalah kemampuannya mengelola risiko. Dari sisi risiko, TUGU mampu menurunkan rasio klaim menjadi 56% per September 2024 dari periode yang sama tahun sebelumnya di angka 62%.
Ia mengatakan pertumbuhan pendapatan dan terjaganya beban menjadikan TUGU sebagai perusahaan asuransi umum yang listed dengan kinerja terbaik sepanjang 9 bulan ini, yang juga mencerminkan fundamental yang kuat.
Sedangkan beban usaha perseroan justru mengalami penurunan 5% tahunan. Total beban usaha TUGU di luar pendapatan atau beban lain-lain mencapai Rp2,4 triliun atau hanya naik 6% saja dibandingkan tahun sebelumnya.
Pertumbuhan pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan beban tersebut membuat laba usaha inti TUGU naik signifikan sebesar 57% secara tahunan menjadi Rp 783 miliar sepanjang Januari-September 2024.
Sementara itu dari sisi laba bersih yang diatribusikan untuk pemilik entitas induk, TUGU mengantongi Rp 552 miliar hingga akhir September 2024. Sekilas seakan terdapat penurunan 51% dibanding tahun yang lalu. Namun sebenarnya hal ini disebabkan karena TUGU tidak lagi membukukan pendapatan sekali waktu dari kemenangan kasus atas Citibank (N.A) Hong Kong.
Apabila pendapatan lain-lain yang didapatkan dari kemenangan kasus atas Citibank tidak diikutsertakan karena bukan berasal dari usaha inti perseroan, laba bersih TUGU justru sebenarnya masih tumbuh hingga 115% yoy mengingat nilai pendapatan dari kemenangan atas kasus tersebut mencapai Rp868 miliar sendiri.
Harga saham TUGU sepanjang pekan lalu mengalami koreksi 0,4%. Namun pelemahan ini masih lebih baik dibandingkan dengan sektor keuangan yang melemah hampir 2% dan IHSG yang anjlok sampai 2,5%. Adapun hingga pekan ke 45 tahun 2024, saham TUGU masih dibeli bersih oleh asing dengan total net buy senilai Rp 62 miliar.
Yazid menambahkan secara valuasi saham TUGU undervalue karena diperdagangkan di angka P/B rasio 0,40% dan P/E rasio 5Xan sehingga sahamnya layak dikoleksi para investor. Selain itu imbal hasil yield dari dividen tiap tahunnya tergolong rutin serta besar di atas 13% atau dua kali lipat dari rata-rata deposito bank umum.