Mendag Bicara Vaksinasi dan Cara Mencapai Pertumbuhan 5,5% di 2021
Untuk mencapai kekebalan kelompok di Indonesia, jumlah penduduk yang perlu mendapat vaksinasi mencapai 181 juta. Jumlah ini setelah dikurangi orang yang memiliki penyakit penyerta dan orang yang sudah pernah terinfeksi Covid-19.
Menurut Menteri Perdagangan M. Lutfi, jumlah dosis vaksin yang dibutuhkan untuk 181 juta penduduk itu mencapai 362 juta dosis. Ditambah dengan jumlah cadangan 15%, maka jumlah dosis yang dibutuhkan mencapai 426 juta dosis.
“Yang sekarang sudah tersedia itu sekitar 362 juta dosis, sementara 300 juta masih opsional. Dengan jumlah ini, maka Indonesia menjadi negara ke-4 terbaik dalam hal vaksinasi,” kata Lutfi dalam sebuah acara diskusi, Jumat (9/4).
Di samping masalah vaksinasi ini, Lutfi menyinggung perihal perekonomian Indonesia selama masa pandemi tahun lalu. Kontribusi utama perekonomian Indonesia berasal dari konsumsi yang mencapai 58,96% dari produk domestik bruto (PDB).
Sementara itu, kata Lutfi, kontribusi belanja pemerintah untuk PDB hanya 9,29%. Kemudian untuk kontribusi 17,17% dan impor 16,02%. Inilah yang menjadi motor penggerak perekonomian Indonesia.
Kejadian pada 2020 karena pandemi Covid-19, kata Lutfi, konsumsi turun sebesar -4,29%; sementara belanja pemerintah turun 1,495%; investasi turun -4,95%; ekspor turun -7,7%; dan impornya turun lebih dalam -14,71%. Agar perekonomian bisa tumbuh 5,5% pada 2021, maka konsumsi harus tumbuh 5%, investasi harus tumbuh di atas 15%, ekspor mesti tumbuh 5% dan impor tidak boleh lebih dari 2%.
“Itu untuk mendapatkan pertumbuhan di kuartal II ini menjadi 7%,” ujar Lutfi.
Secara sektoral pada 2020, kata Lutfi, industri turun sekitar -2,93%, pertanian, kehutanan dan perikanan turun 1,75%, perdagangan turun -3,72%, konstruksi yang berkaitan erat dengan properti turun -3,26%, pertambangan dan eksplorasi turun -1,95%, layanan jasa keuangan dan asuransi turun 3,25%.
“Dan pada 2020 pertama kali sejak krisis keuangan, di mana pertumbuhan kredit itu kontraksi artinya orang menaruh uang di bank, tapi bank tidak meminjamkan uang ke sektor. Inilah yang menyebabkan perlambatan-perlambatan ekonomi,” kata Lutfi.