Menkeu: Proyeksi Ekonomi Global Turun dan Bersiaplah Hidup dengan Covid-19
Semua negara termasuk Indonesia sedang menyiapkan diri untuk merespons hidup bersama dengan pandemi Covid-19 yang kemungkinan akan berubah menjadi endemi. Menuju kebiasaan baru yang hidup bersama Covid-19 itu artinya negara harus mampu menyiapkan vaksinasi secara luas sehingga bisa memunculkan kekebalan kelompok dan masyarakat tetap melaksanakan protokol kesehatan.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, disiplin kesehatan itu meliputi mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas (5M) dan melaksanakan tes, pelacakan dan pengobatan (3T). Khusus untuk 3T ini biayanya cukup besar karena berkaitan dengan jumlah dan dilakukan untuk yang isolasi di rumah dan serta di rumah sakit.
“Dan harus berbenah pada sistem kesehatannya agar semakin andal. Ini merupakan suatu langkah-langkah untuk menyelamatkan manusia dari ancaman kesehatan, menyelamatkan manusia dari ancaman kondisi sosial yang sangat menekan dan menyelamatkan manusia dari sisi ancaman ekonomi. Faktor keselamatan dan kemanusiaan menjadi sangat sangat dominan,” kata Sri Mulyani dalam keterangan resminya secara virtual, Selasa (24/8).
Sejak gelombang varian Delta menghantam dunia termasuk Indonesia, kata Sri Mulyani, pemerintah relatif dapat mengendalikannya sehingga kenaikan kasus hariannya tidak seperti di Amerika Serikat (AS), Eropa dan India. Akibat gelombang varian Delta pada Juni-Juli 2021, pemerintah terpaksa kembali menerapkan kebijakan PPKM.
Meski relatif terkendali, kata Sri Mulyani, pemerintah tidak berpuas diri dan tetap waspada terhadap pandemi Covid-19 tersebut. Pandemi disebut sesuatu yang terus-menerus akan mengancam jiwa manusia dan juga mengancam perekonomian suatu negara dengan ketidakpastian yang terus meningkat.
“Itu sebabnya, ekonomi global pada 2021 di berbagai negara diperkirakan menurun dibanding proyeksi Dana Moneter Internasional (IMF). Nanti akan ada pembaharuan sebagai dampak dari varian Delta yang sudah menyebar lebih dari 140 negara. Ada negara yang masih di atas atau konsensusnya lebih tinggi dibandingkan proyeksi IMF,” kata Sri Mulyani.