Pelaku Industri Hotel Kehabisan Nafas Saat Kebijakan PPKM Level 4 Diterapkan

0
193

Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 4 atau yang sebelumnya disebut PPKM Darurat membuat pelaku industri, termasuk sektor perhotelan makin kesulitan. Kondisi ini, menurut Maulana Yusran, Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), berbeda dengan kebijakan PSBB pada awal pandemi tahun lalu dimana pelaku usaha masih memiliki dana cadangan untuk bertahan. Sementara saat ini, ketika PPKM Level 4 diterapkan, pelaku usaha sudah kehabisan dana cadangan.

Maulana mengatakan awalnya, pelaku sektor pariwisata secara umum, termasuk hotel atau akomdasi, berharap vaksinasi itu menjadi game changer. Namun, meningkatnya kasus postif Covid-19 pada awal kuartal ketiga 2021 ini, yang disertai kebijakan pengetatan level 4, membuyarkan optimsime yang sudah mulai muncul pada kuartal kedua lalu.

“Tantangan yang ada sejak tahun 2020 itu yang terjadi sektor pariwista adalah uncertainty kebijakan atau regulation yang dikeluarkan oleh pemerintah. Karena memang sektor pariwisata itu membutuhkan mobilitas orang, pergerakan orang dan dia tidak bisa hidup sendiri, harus berkolabroasi dengan transportas. Jadi, kalau kita dikunci, transportasinya masih dibatasi, lintas border-nya masih dibatasi, maka otomatis sektor pariwista tidak akan bisa bergerak. Seperti yang kita lihat bulan Juli,” ujar Maulana dalam acara Indonesia Industry Outlook 2nd Semester 2021.

Baca Juga :   PPKM Darurat dan Percepatan Vaksin Kunci Menekan Penyebaran Covid-19

Maulana berharap kebijakan PPKM Level 4 selama Juli 2021 ini mampu menurunkan kasus Covid-19 pada Agustus nanti, sehingga mulai September akan ada perbaikan lagi pada ekonomi dan industri.

Pandemi membuat preferensi travellers berubah. Akomodasi yang tersertifikasi CHSE (cleanliness, healthiness, safety, environment) dan konsep wisata outdoor seperti desa wisata menjadi pilihan demi keamanan.

Kondisi ini sesuai dengan hasil riset Inventure-Alvara yang menyatakan bahwa setelah divaksin, sebanyak 82% responden mengatakan lebih memilih akomodasi yang telah mendapat sertifikat CHSE. Disisi lain, 83,1% responden menyatakan setuju lebih memilih berwisata ke desa wisata di masa dan pasca pandemi karena karena relative aman. Desa wisata cocok untuk konsep destinasi NEWA (Nature, Eco, Wellness, Adventure).

Sementara animo masyarakat untuk berwisata di saat long weekend mengalami perubahan. Kini masyarakat cenderung menghindari liburan di saat long weekend. Hasil temuan Inventure-Alvara sebanyak 70,9% responden mengatakan, menghindari berwisata di saat long weekend, bahkan setelah mereka divaksin.

“Hasil survei yang disampaikan benar, karena situasi Covid orang-orang banyak masuknya (destinasi) ke yang berkonsep alam. Sehingga jika diperhatikan hotel-hotel yang berada di wilayah hijau seperti Labuan Bajo menjadi lebih menarik. Sebaliknya hotel regular sedikit berdampak dan harus menyiapkan strategi lain seperti staycation, tempat isoman dan lainnya,” ujar Maulana.

Baca Juga :   PHRI Menyatakan Hotel dan Restoran Siap Layani Konsumen dengan Aman dan Sehat

Selanjutnya Maulana Yusran mengatakan bahwa kunci pertumbuhan pariwisata  adalah vaksinasi dan perubahan perilaku masyarakat terkait prokes. Dengan demikian industri pariwisata dapat segera pulih.

Leave a reply

Iconomics