Pelaku Industri Otomotif Masih Menunggu Kepastian Perpanjangan Insentif PPnBM

0
128

Pelaku industri otomotif masih menunggu kepastian perpanjangan kebijakan insentif atau diskon PPnBM untuk sektor otomotif. Kebijakan yang berlalu sejak Maret hingga Agustus 2021 ini sudah terbukti cespleng menggairahkan kembali penjualan mobil selama beberapa bulan terakhir.

Anton Jimmy Suwandi, Marketing Director PT Toyota Astra Motor (TAM) mengatakan hingga pagi ini, Rabu (1/9), pelaku industri otomotif tanah air belum mendapatkan informasi resmi dari pemerintah soal kelanjutan insetif PPnBM tersebut.

Gaikindo sendiri, sebagai organisasi yang memayungi pelaku industri, menurut Jimmy sudah melaporkan kepada pemerintah dampak kebijakan tersebut pada pasar mobil tanah air.

“Hal ini saya rasa ditangkap oleh Pak Menteri terutama Menteri Perindustrian dan kita dengar juga Pak Menteri juga sudah mengirimkan surat usulan perpanjangan PPnMBM kepada Menteri Keuangan,” ujar Jimmy dalam workshop wartawan industri,Rabu (1/9).

“Sampai kemarin malam atau sampai pagi ini, memang kita belum bisa mendapatkan formal information dari pemerintah mengenai perpanjangan PPnBM,” tambahnya.

Karena itu, per hari ini hingga ada kepastian perpanjangan kebijakan insentif PPnBM itu, Jimmy mengatakan Toyota kembali menyesuaikan harga jual mobil yang pada Maret hingga Agustus lalu mendapatkan diskon PPnBM.

Baca Juga :   TMMIN: 25 Finalis Toyota Eco Youth Masuki Tahap Pendampingan

“Kita akan menyesuikan harga atau pajaknya sesuai dengan aturan yang sudah ditetapkan pemerintah sambil menunggu apakah memang ada perubahan atau informasi lebih lanjut,” ujarnya.

Kondisi Pasar Mobil

Menengok ke belakang, Jimmy menjelaskan, tahun 2017 hingga 2019, pasar mobil Indonesia relatif stabil di kisaran 1 jutaan per tahun. Pada tahun 2020, akibat pandemi yang terjadi sejak Maret 2020 di Indonesia, penjualan mobil pun anjlok separuh ke level 500 ribuan unit.

Tetapi, Jimmy mengatakan optimisme kembali muncul pada tahun 2021 ini. Hingga Juli 2021 lalu, penjualan mobil pasar domestik sudah mencapai 460 ribu unit.

“Kalau setengah tahunan plus satu bulan sudah mencapai angka segini, harapannya tentu sampai akhir tahun ini bisa mendapatkan angka yang jauh lebih baik dibandingkan dengan angka tahun lalu,” ujarnya.

Bagaimana dengan Toyota? Toyota, menurut Jimmy akan seiring dengan kondisi pasar. “Objektif kita adalah bagaimana mempertahankan posisi nomor satu dengan market share di atas 30%,” ujarnya.

Hingga Juli lalu, penjualan Toyota mencapai hampir 144 ribu unit dengan market share di sekitar 31%. “Tentu saja harapan kami bisa meningkat lebih baik dibandingkan angka penjualan tahun lalu,” ujarnya.

Baca Juga :   Penjualan Mobil Listrik Toyota Naik 244,8% Semasa Januari-Februari

Jimmy memaparkan tren perbaikan penjualan mobil ini dimuali sejak kuartal ketiga dan keempat tahun 2020 lalu, setelah menyentuh titik terendah pada kuartal kedua 2020.

Angka rata-rata penjualan bulanan Toyota biasanya di sekitar 30.000 unit sebelum pandemi, pada kuartal pertama 2020 turun ke 25.000 unit dan menjadi hanya sekitar 3.000 unit pada kuartal kedua 2020. Kemudian pada kuartal ketiga dan keempat 2020 naik ke sekitar 16.000-an unit per bulan.

Memasuki tahun 2021, di awal tahun yaitu Januari dan Februari, penjualan bulanan Toyota masih berada di kisaran 15.000 hingga 16.000 unit.

Pada Maret hingga Juli 2021, rata-rata penjualan bulanan Toyota meningkat ke 22.000 unit. Kenaikan ini dipicu oleh kebijakan stimulus PPnBM dan juga pemulihan ekonomi.

“Seiring dengan recovery dari pasar atau ekonomi ditambah lagi dengan adanya insentif PPnBM. Jadi, kombinasi inilah yang menyebabkan penjualan dan juga market meningkat secara bertahap,” ujarnya.

Secara keseluruhan tahun 2021 ini, sesuai perkiraan Gaikindo, penjualan mobil di Indonesia diperkirakan mencapai 750.000 unit.

Baca Juga :   Insentif Pajak untuk Dongkrak Permintaan Mobil, Akankah Efektif?

“Tetapi tentu saja kita berharap mudah-mudahan bisa di atas itu. Kalau untuk Toyota sendiri harapan kita tetap posisi nomor satu dengan market share di atas kira-kira 31%,” ujarnya.

Leave a reply

Iconomics