Sri Mulyani Sampaikan Kisi-Kisi Perekonomian 2026, Pertumbuhan Ekonomi Diproyeksikan 5,2% Hingga 5,5%

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan kisi-kisi perekonomian Indonesia pada 2026 dalam rapat paripurna DPR RI, Selasa (20/5)/Foto: YouTube
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan kisi-kisi perekonomian Indonesia pada 2026. Di tengah ketidakpastian ekonomi global akibat tarif resiprokal dan masalah geopolitik, pemerintah percaya diri pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tetap tinggi, meski proyeksi lembaga internasional lebih rendah.
“Di tengah berbagai dinamika global, pertumbuhan ekonomi 2026 akan dihadapkan pada berbagai dinamika gejolak dan ketidakpastian. Kami memproyeksikan pertumbuhan ekonomi 2026 pada kisaran 5,2% hingga 5,8%, dengan tetap menjaga daya beli masyarakat, mendorong transformasi dan reformasi ekonomi termasuk hilirisasi sumber daya alam dan perbaikan iklim investasi dan sumber daya manusia,” ujar Sri Mulyani dalam rapat paripurna DPR RI, Senin (20/5).
Sri Mulyani mengatakan target laju pertumbuhan 2026 ini “menjadi fondasi kuat untuk pertumbuhan hingga mencapai 8% dalam beberapa tahun ke depan” sesuai target Presiden Prabowo Subianto.
Proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia ini lebih tinggi dibandingkan ramalan International Monetary Fund (IMF). Lembaga itu merevisi ke bawah proyeksi pertumbuhan ekonomi sejumlah negara pasca adanya kebijakan tarif resiprokal yang dibuat oleh pemerintah Amerika Serikat.
IMF memprakirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 dan 2026 hanya sebesar 4,7%, turun 0,4% dari proyeksi Januari 2025. Pada triwulan pertama 2025, ekonomi Indonesia hanya tumbuh 4,87%.
Sri Mulyani menyampaikan dengan pertimbangan risiko dan ketidakpastian, suku bunga Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun pada 2026 diprakirakan pada kisaran 6,6% hingga 7,2%.
“Ini didukung dengan spread yang menarik dan trust dari investor terhadap stabilitas ekonomi dan kebijakan fiskal yang baik. Minat beli investor di pasar surat berharga negara akan terus terjaga dan menciptakan stabilitas baik di Surat Berharga Negara maupun nilai tukar rupiah,” ujarnya.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar pada 2026, beber Sri Mulyani, diprakirakan pada kisaran 16.500 hingga 16.900 dan inflasi di kisaran 1,5% hingga 3,5%.
Kemudian, kata Sri Mulyani, dengan tensi gejolak politik dan pelemahan ekonomi global, harga minyak mentah dan berbagai sumber daya alam Indonesia pasti terpengaruh.
“Minyak mentah Indonesia akan berada pada kisaran antara US$60 hingga 80 per barel, lifting minyak di 600.000 hingga 605.000 barel per hari dan lifting gas pada 953.000-1.017.000 barel setara minyak per hari,” ujarnya.
Ia berkata, kebijakan fiskal 2026 akan terus didesain untuk efektif mendukung akselerasi pertumbuhan ekonomi nasional, meningkatkan kesejahteraan rakyat dan menurunkan angka kemiskinan.
Angka kemiskinan ditargetkan turun pada rentang 6,5% hingga 7,5% pada 2026. Sementara tingkat pengangguran terbuka pada rentang 4,44% hingga 4,96% pada 2025 dan 4,5% hingga 5% pada 2026. Kemudian, rasio gini ditargetkan pada rentang 0,377%-0,38% pada 2025 menjadi 0,379-0,382%.
Untuk APBN 2026, Sri Mulyani berkata, pendapatan negara ditetapkan antara 11,71% hingga 12,22% dari PDB. Sementara, belanja negara pada 2026 dialokasikan pada kisaran 14,19%-14,75% dari PDB.
“Dalam menghadapi dan mengantisipasi tekanan dan dinamika global, kebijakan fiskal terus dirancang tetap ekspansif, terarah dan terukur. Defisit fiskal 2026 dijaga pada kisaran 2,48% hingga 2,53% dari PDB,” ujarnya.
Ia mengatakan kebijakan APBN sangat penting untuk menjaga stabilitas ekonomi melalui strategi counter cyclical yang efektif.
“Dukungan kepada dunia usaha dan masyarakat terus diperkuat. Keberlanjutan fiskal perlu dipastikan karena APBN adalah instrumen andalan dari masa ke masa, dari pemerintahan ke pemerintahan hingga Indonesia mencapai tujuan bernegara,” ujarnya.
Leave a reply

