Musim Mas Gandeng L3F, SNV Indonesia dan ICRAF Tingkatkan Kapasitas Pekebun Swadaya Kelapa Sawit
Musim Mas Group bersama Livelihoods Fund for Family Farming (L3F), SNV Indonesia, dan International Forestry Research and World Agroforestry (ICRAF) berkolaborasi untuk meningkatkan kapasitas pekebun swadaya kelapa sawit. Kerja sama tersebut ditempuh lewat program Biodiverse Inclusive Palm Oil Supply Chain (BIPOSC), dengan penggunaan model perkebunan regeneratif.
General Manager Project & Program Musim Mas Group Rob Nicholls mengatakan, pelaksanaan BIPOSC memakai praktik yang bersifat non-profit. Targetnya perkebunan swadaya kelapa sawit yang bernaung di bawah Asosiasi Pekebun Swadaya Kelapa Sawit Labuhanbatu (APSKS LB), Sumatra Utara.
Rob mengatakan, APSKS LB merupakan salah satu asosiasi binaan Musim Mas. Keikutsertaan asosiasi bertujuan untuk mendorong pekebun dalam mendapatkan akses pasar, dan sertifikasi dari Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) dan Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO).
Musim Mas, kata Rob, memiliki program pemberdayaan pekebun swadaya terbesar di Indonesia, yang sudah dimulai sejak 2015. Dengan kolaborasi tersebut, diharapkan dapat memberikan manfaat positif yang lebih luas.
“Khususnya kemampuan teknis pengelolaan lahan serta alternatif pendapatan untuk mencapai keberlanjutan pada rantai pasok kelapa sawit yang kaya akan keanekaragaman hayati dan bersifat inklusif,” kata Rob dalam acara Musim Mas Media Conference di Ambhara Hotel, Jakarta, Kamis (17/10).
Kemudian, kata Rob, perkebunan regeneratif menjadi penting dilakukan untuk menghadapi isu perubahan iklim dan hilangnya keanekaragaman hayati. Pada praktiknya perkebunan regeneratif menerapkan prinsip peningkatan kesehatan tanah, dan keanekaragaman hayati, mengurangi erosi tanah, limpasan air, emisi gas rumah kaca, dan kebocoran nitrogen.
“Bagi Musim Mas, pekebun swadaya merupakan kunci untuk masa depan industri kelapa sawit berkelanjutan,” ujar Rob.
Sementara itu, Country Director SNV Indonesia Rizki Pandu menambahkan, sebagai organisasi mitra pembangunan global, pihaknya mendukung pemerintah untuk memenuhi target Sustainable Development Goals (SDGs). Untuk mencapai hal itu, SNV melaksanakan program yang berdampak luas untuk transformasi sektor pertanian dan pangan, energi, serta air.
“Dalam program BIPOSC, kami menerapkan perkebunan regeneratif dan model agroforestri secara komprehensif, sehingga kesuburan dan keanekaragaman hayati tanah dapat terus terjaga, dan bermanfaat besar bagi perekonomian dan kehidupan pekebun,” kata Rizki.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua APSKS LB Syahrianto mengatakan, program BIPOSC berdampak positif bagi para pekebun swadaya. Pada 2023, misalnya, pekebun swadaya mengelola sekitar 41% dari atau sebesar 6,77 juta hektare perkebunan kelapa sawit di Indonesia.
Angka itu, kata Syahrianto, diperkirakan akan semakin meningkat hingga mencapai 60% pada 2030. Karena perkiraan itu, program BIPOSC dapat berperan penting dalam membentuk masa depan produksi minyak sawit berkelanjutan.
“Salah satu dampak positif sudah dapat dinikmati para pekebun swadaya anggota APSKS LB adalah terbangunnya composting unit ini. Dengan harga yang lebih terjangkau, serta sistem bagi hasil yang diterapkan, telah mendorong para pekebun swadaya melakukan pemupukan dengan pupuk kompos. Saat ini, seluruh pekebun swadaya anggota ASPKS LB telah menggunakan pupuk kompos di kebun mereka,” kata Syahrianto.