Pelindo Berencana Jual 65% Saham Miliknya di Jalan Tol Cibitung-Cilincing untuk Kurangi Beban Utang
PT Pelindo Indonesia (Persero) atau Pelindo berencana menjual 65% saham miliknya di Jalan Tol Cibitung-Cilincing. Ruas Jalan Tol Cibitung-Cilincing merupakan proyek milik PT Akses Pelabuhan Indonesia dan PT Menara Maritim Indonesia anak usaha Pelindo yang dikelola cucu usaha PT Cibitung Tanjung Priok Port Tollways.
Direktur Utama Pelindo Arif Suhartono mengatakan, upaya pelepasan saham atau divestasi tersebut untuk mengurangi beban utang Pelindo pada periode 2024. Pelindo telah mengeluarkan modal sebesar Rp 9 triliun untuk membangun fasilitas jalan tersebut.
“Kenapa di 2024 ini terjadi proyeksi kami agak turun. Ini adalah terkait dengan divestasi jalan tol kami, yang diharapkan selesai di 2024, maka akan mengurangi utang sebesar Rp 8 triliun,” kata Arif di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (3/7).
Secara umum, kata Arif, Pelindo masuk dalam bisnis jalan tol untuk memastikan infrastruktur pelabuhan dapat terintegrasi dengan jalan yang menghubungkan akses tersebut. “Pelindo masuk ke (bisnis) jalan tol, sebenarnya itu waktu 2015 itu untuk memastikan akses dari hinterland di mana 60%-70% kargo Tanjung Priok adalah dari sisi timur Jakarta. Dan kita masuk ke sana (bisnis jalan tol) hanya untuk memastikan bahwa jalan itu jadi,” ujar Arif.
Setelah ruas jalan tol tersebut selesai, lanjut Arif, pihaknya tidak memiliki tujuan lagi untuk mempertahankan Jalan Tol Cibitung-Cilincing. Karena itu, Pelindo memutuskan menjual sebagian besar sahamnya. “Karena kami masih melanjutkan proyek yang namanya New Priok Eastern Access (NPEA) yang akan menghubungkan Kalibaru dengan jalan tol ini,” ujar Arif lagi.
Masih soal utang, kata Arif, setelah proses merger Pelindo I, II, III, dan IV, perusahaan telah melunasi utang sebesar Rp 11 triliun. Adapun utang Pelindo pada 2021 sebesar Rp 50,90 triliun, kemudian Rp 52,67 triliun pada 2022, dan Rp 49,87 triliun pada 2023. Sedangkan pada 2024, Pelindo memproyeksikan penurunan utang hingga mencapai Rp 41,93 triliun.
“Perlu kami sampaikan bahwa setelah merger sejak 1 Oktober 2021 sampai dengan hari ini Pelindo sudah melunasi utang sekitar Rp 11 triliun,” kata Arif.
Di sisi lain, kata Arif, kenaikan kurs dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah turut menaikkan jumlah utang Pelindo. Komposisi utang Pelindo sempat mengalami kenaikan hingga mencapai US$ 2,49 miliar karena adanya pelemahan rupiah.
“Di sini yang naik dari angkanya mungkin dari sisi dolar AS ini terkait dengan currency, karena di 2021 ini kursnya Rp 14.269 per US$ 1, dan di 2023 sudah Rp 16 ribu. Artinya setiap Rp 1.000 pelemahan, maka akan ada penambahan (utang) sekitar Rp 2,4 triliun,” katanya.