Analis Saham; Politik Kali Ini ‘Lebih Rumit karena Ada Pemimpin Negara yang Mendadak Belok Kanan’
Konstelasi politik jelang pemilihan umum presiden dan wakil presiden serta pemilihan legislatif tahun 2024 dicermati pelaku pasar modal tanah air.
Hans Kwee, analis pasar modal sekaligus dosen Magister Ekonomi Universitas Atma Jaya dan Universitas Trisakti, Jakarta mengatakan konstelasi politik tanah air akhir-akhir ini dipandang “lebih rumit dari perkiraan.”
“Karena ada pemimpin negara yang mendadak belok kanan. Menyebabkan kesulitan bagi pasar untuk menghitung siapa kira-kira pemenang pemilu,”ujar Hans dalam webinar Economic & Financial Outlook 2024, yang diselenggarakan Prodi Magister Ekonomi Terapan, FEB Unika Atma Jaya Jakarta, Kamis (16/11).
Menurut Hans pelaku pasar saham paling takut pada dua hal, yaitu perubahan yang ekstrem dan ketidakpastian.
“Ketika ada yang belok kanan dengan tiba-tiba, ini kita enggak tahu siapa pemenangnya. Jadi, kemungkinan pengusha akan wait and see di sana,” ujarnya.
Apalagi narasi-narasi mengenai ketiga pasangan calon presiden dan wakil presiden di media-media asing juga, menurut Hans, cenderung negatif.
“Ketika saya baca, mereka menulis satu pemimpin kita disebut adalah ‘pelanggar HAM berat, lambang dari Orde Baru’. Yang satu dianggap ‘maju ke pemilu dengan mengakali konstitusi’. Yang lain disebut ‘memenangkan pemilihan gubernur dengan [politik] pecah belah. Yang lain disebut sebagai ‘orang yang menolak Israel ke Indonesia’. Ini adalah bagaimana mereka memandang calon pemimpin kita. Tentu menimbulkan risiko karena kalau kita dianggap tidak cukup baik menjaga tatanan demokrasi di Indoensia, kita khawatir memang dana asing akan outflow dari Indonesia dan memberikan tekanan pada pasar saham kita,” beber Hans.
Tahun 2019, pasar saham mengalami koreksi yang dalam ketika ada salah satu pasangan calon presiden dan wakil presiden yang menolak hasil perhitungan suara Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan menyebabkan kerusuhan. Namun, Hans mengatakan saat itu, kerusuhan mereda setelah sidang gugatan di Mahkamah Konstitusi (MK) diputuskan.
“Dulu MK reputasinya dianggap baik. Jadi, ketika dia ketok hasilnya itu kerusuhan mereda, pasar [saham] kembali rebound. Tetapi, sekarang banyak juga narasi negatif terhadap MK,” ujarnya menyinggung putusan MK terkait batas usia pencalonan presiden dan wakil presiden yang kontroversial.
Menurut Hans sebenarnya secara umum kondisi tekanan di pasar saham saat ini sudah mereda setelah bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (Fed) mengakhiri kenaikan suku bunga acuannya.
“Tetapi kelihatannya orang enggak terlalu optimis karena tahun pemilu. Apalagi tadi saya sampaikan, [pemenang pemilu] sulit diprediksi kali ini. Eskalasi [politik] yang memanas, terjadi pecah kongsi. Jadi, kita enggak pernah tahu apa yang terjadi sehingga orang cenderung akan wait and see,” ujarnya.
Meski ada ketidakpastian dari sisi politik, Hans memperkirakan IHSG pada tahun ini tetap akan ditutup di atas level 7.000. Pada Kamis (16/11), IHSG ditutup pada level 6.958,008.