
Dharma Satya Nusantara Catat Pendapatan Sebesar Rp6,6 Triliun Hingga Kuartal III-2023

Penampakan kebun kelapa sawit DSNG dari atas udara/Dok. DNSG
PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) membukukan pendapatan sepanjang 9 bulan pertama di tahun 2023 (9M23) sebesar Rp6,6 triliun. Nilai tersebut relatif sama dengan periode tahun lalu.
DSNG menyampaikan segmen kelapa sawit masih menjadi kontributor utama pendapatan Perseroan dengan menyumbang 88% dari total pendapatan atau setara dengan Rp 5,8 triliun, naik 7% dibandingkan pendapatan kelapa sawit pada periode yang sama tahun lalu.
Capaian tersebut didorong oleh peningkatan produksi crude palm oil (CPO) yang mengalami kenaikan sebesar 7,5% secara YoY, berkat membaiknya produktivitas Tandan Buah Segar (TBS) Perseroan, khususnya pada kuartal ketiga tahun ini.
Pada sembilan bulan pertama tahun ini, produksi TBS DSNG naik 5,5% dibandingkan tahun lalu, sedangkan secara kuartalan, baik kebun inti maupun plasma mengalami peningkatan produktivitas yang signifikan, dengan kenaikan sebesar 14,5% untuk kebun inti dan 16,4% untuk plasma.
Produksi CPO, Palm Kernel (PK) dan Palm Kernel Oil (PKO) DSNG juga mengalami peningkatan, masing-masing sebesar 11%, 13%, dan 11%. Selain itu, OER pun menunjukkan peningkatan dari 22,84% pada kuartal II tahun 2023 menjadi 23,50% pada kuartal III tahun 2023, meskipun dibandingkan tahun sebelumnya OER hingga September tahun 2023 lebih rendah 0,5%.
Harga rata-rata penjualan (average selling price/ASP) CPO juga lebih baik pada tahun ini senilai Rp 11,5 juta/ton.
Namun, peningkatan pendapatan DSNG dalam periode ini juga dibarengi dengan meningkatnya biaya pokok penjualan sebesar 11%, atau sekitar Rp 4,9 triliun, yang terutama disebabkan oleh kenaikan biaya pupuk, baik dari segi harga pupuk global maupun volume.
“Belum berakhirnya perang Rusia dan Ukraina menyebabkan harga pupuk masih berfluktuasi. Sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini, cost of sales meningkat 11% dibandingkan periode yang sama tahun lalu,” kata Direktur Utama PT Dharma Satya Nusantara Tbk, Andrianto Oetomo dalam keterangan resminya.
Kenaikan biaya pokok penjualan ini ikut berkontribusi pada penurunan laba bersih Perusahaan sebesar 44% menjadi Rp504 miliar dan penurunan EBITDA sebanyak 24% menjadI Rp1,6 triliun.
Kondisi pasar produk kayu juga belum menunjukkan kinerja terbaiknya saat ini, dengan pendapatan turun 33% menjadi Rp 800 miliar. Tingkat suku bunga yang cenderung bertahan tinggi di negara-negara tujuan ekspor seperti Amerika Serikat, Kanada, Uni Eropa, dan Jepang, sangat berpengaruh terhadap lesunya pasar properti di negara-negara tersebut, yang kemudian berdampak pada turunnya permintaan produk kayu DSNG.
Penjualan kayu DSNG pada setiap kuartal di sepanjang tahun 2023 terus menunjukkan peningkatan, di mana penjualan untuk produk panel dan engineered flooring di kuartal ketiga tahun 2023 masing-masing meningkat sebesar 18% dan 6% QoQ. Namun apabila dibandingkan dengan pencapaian tahun 2022, penjualan produk panel dan engineered flooring lebih rendah masingmasing sebesar 18,2% dan 40,4%.
DSNG masih mengalami pertumbuhan total aset sebesar Rp650 miliar atau 4%, yang didorong oleh peningkatan saldo kas, persediaan dan aset tetap hasil realisasi belanja modal. Sedangkan total liabilitas tercatat naik 6% menjadi Rp7,6 trilliun seiring peningkatan pinjaman modal kerja perbankan dan dampak translasi selisih kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat pada pinjaman bank dalam denominasi dolar seiring melemahnya mata uang Rupiah.