Menteri Airlangga Hartarto Dorong Peran BPPT Lebih Banyak Kembangkan Industri Nasional

0
559

Kementerian Koordinator Bedang Perekonomian mendorong Badan Pengembangan dan Pengkajian Teknologi (BPPT) agar lebih banyak berkontribusi dalam pelaksanaan transformasi sisi produksi. Dalam hal ini fokus dalam pengembangan industri nasional.

Saat membuka Rapat Kerja (Raker) BPPT 2020, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan pengembangan industri secara garis besar difokuskan kepada 5 kelompok, yaitu industri berorientasi ekspor, hilirisasi industri, industri substitusi impor, industri berbasis kimia, dan industri lainnya.

Pengembangan industri berorientasi ekspor difokuskan kepada 5 sektor prioritas Revolusi Industri 4.0. Sektor tersebut meliputi sektor makanan dan minuman, tekstil dan pakaian, elektronik, otomotif, dan kimia. Adapun kelompok hilirisasi industri yang menjadi prioritas adalah gasifikasi batu bara. Sumber batu bara Indonesia melimpah yaitu sekitar 125,28 miliar ton dalam bentuk sumber daya dan 32,36 miliar ton dalam bentuk cadangan. Namun belum dilakukan pengolahan untuk memberikan nilai tambah. Di sisi lain, konsumsi LPG Indonesia besar yaitu 7,11 juta ton (2017) yang mana 67% di antaranya dipenuhi melalui impor.

Baca Juga :   The Man Behind Digital Transformation

“Langkah kami mendorong gasifikasi batubara menjadi dimethyl ether (DME) diambil sebagai upaya substitusi LPG. Selain itu, hilirisasi produk turunan CPO dilakukan untuk memperkuat produk CPO dalam negeri dalam rangka mendorong kinerja ekspor,” kata Menko Airlangga dalam siaran pers Senin (24/02/2020).

Airlangga juga menganjurkan kepada BPPT untuk membantu proses uji coba Biodiesel 40 (B40) sehingga akan bisa diimplementasikan pada Juli 2021. Dengan demikian akan membantu mengurangi impor pemerintah.

Ia juga mendorong BPPT menerapkan minyak berbasis algae. Chevron sudah mempromosikannya. Ia menegaskan sebagai negara penghasil algae yang cukup besar, jangan sampai tertinggal pemanfaatannya oleh negara lain.

Indonesia juga mengembangkan industri substitusi impor difokuskan kepada farmasi (obat dan bahan baku obat). Ketergantungan impor bahan baku obat mencapai 90%. Airlangga melihat perlunya didorong pengembangan penelitian dan pengembangan (litbang) industri farmasi guna meningkatkan kemampuan industri farmasi ke arah litbang yang memprioritaskan bahan baku dalam negeri.

Lantas dimana peran BPPT? Kementerian mengharapkan BPPT secara konsisten menghasilkan inovasi teknologi produksi bahan baku obat yang untuk 5 tahun ke depan. Prioritasnya produksi antibiotik amoksisilin, parasetamol, insulin, adjuvant vaksin dan herbal, sebagaimana telah ditetapkan dalam Program Prioritas Nasional Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024.

Leave a reply

Iconomics