Perbaiki Tata Niaga Rantai Pemasaran Telur dan Pakan Ternak untuk Tekan Harga
Anggota Komisi VI DPR Amin AK mengusulkan untuk memperbaiki tata niaga rantai pemasaran harga telur. Usulan itu dinilai bisa menjadi solusi untuk menekan kenaikan harga telur ayam yang saat ini mencapai Rp 31.500 per kilogram (kg).
Di samping rantai pemasaran telur ayam, kata Amin, tata niaga jagung sebagai pakan ternak juga perlu dibenahi. Juga perlunya pemerintah memberi insentif kepada pelaku usaha kecil dan menengah dalam 2 tahun terakhir yang terkena dampak pandemi Covid-19 sehingga bisnis peternakan bisa bangkit lagi.
“Ini momentum membenahi tata niaga pakan dan telur. Bisa bangkit dan kembali memulai usahanya, misalnya dengan menggenjot kredit usaha rakyat (KUR) untuk peternakan,” kata Amin dalam keterangan resminya, Jumat (26/8).
Dengan fakta itu, kata Amin, maka pemerintah jangan dulu menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) yang dinilai berdampak kepada harga telur dan pakan ayam akibat kenaikan biaya transportasi. Untuk saat ini, pemerintah dinilai perlu membangun kemandirian industry pakan ternak dengan memperkuat produksi bahan baku seperti jagung, kedelai, tepung ikan, dan tepung tulang.
“Sebagai negeri maritim, masak iya kita tidak sanggup mandiri untuk produksi tepung ikan,” ujar Amin.
Sementara itu, Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) Abdullah Mansuri mengatakan, kenaikan harga telur saat ini tercatat paling tinggi dalam 5 tahun terakhir. Soalnya, harga telur ayam ras segar dibanderol rata-rata di atas Rp 30 ribu per kg.
“Persoalan telur ini sudah terjadi sejak beberapa minggu terakhir dari Rp 27 ribu per kg menuju Rp 29 ribu, ke Rp 30 ribu bahkan sekarang sampai ke Rp 32 ribu per kg,” kata Abdullah.