Kajian UOB Takar Optimisme Pebisnis Indonesia, Simak Suara dari Pebisnis
Kajian UOB melalui survei dalam UOB Business Outlook Study 2024 (SMEs & Large Enterprises) menyebut lebih dari sembilan dari 10 bisnis terdampak inflasi yang tinggi pada tahun 2023. Namun bila dibandingkan dengan dunia usaha di negara lain yang diikutkan dalam survei tersebut, dunia usaha di Indonesia paling optimis terhadap masa depan.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, perusahaan-perusahaan telah mengambil sejumlah langkah, antara lain meningkatkan produktivitas guna mencapai efisiensi, menerapkan digitalisasi untuk mendorong penghematan biaya, serta lebih aktif dalam negosiasi harga dengan pemasok atau vendor.
Wholesale Banking Director, UOB Indonesia, Harapman Kasan mengatakan dunia usaha di Indonesia menunjukkan ketahanan dan optimisme yang luar biasa dalam menghadapi tantangan ekonomi.
UKM dan perusahaan berskala besar di Indonesia memiliki keyakinan harus mengadopsi digitalisasi untuk mencapai produktivitas yang lebih tinggi, meningkatkan jangkauan pelanggan, serta meningkatkan kinerja usaha. Hasilnya, hampir sembilan dari 10 bisnis di Indonesia telah melakukan digitalisasi di satu atau sejumlah departemen seperti di layanan profesional, manufaktur, dan teknik. Di antara UKM dan perusahaan yang telah mengadopsi digitalisasi, beberapa telah mencatatkan peningkatan dalam pengalaman pelanggan dan profitabilitas. Namun, bisnis menghadapi sejumlah tantangan dalam perjalanan digitalisasi mereka. Hampir separuh dari bisnis khawatir akan keamanan siber sebesar 47% dan hampir sepertiganya menghadapi risiko tinggi akibat pembobolan data sebesar 36% atau berjuang dengan biaya implementasi sebesar 31% karena merasa sulit untuk menjustifikasi nilai investasi.
Dalam kajian ini, manajemen rantai pasok tetap penting bagi 98% bisnis, termasuk sektor Manufaktur dan Teknik serta Teknologi, Media, dan Telekomunikasi. Namun, lebih dari tujuh dari 10 bisnis menyatakan ketegangan geopolitik telah berdampak signifikan pada rantai pasok, khususnya di sektor Manufaktur dan Teknik serta Layanan Bisnis.
Meningkatnya biaya pasokan akibat inflasi dan suku bunga, ditambah dengan peralihan ke strategi pasokan untuk berjaga-jaga guna mengurangi risiko kekurangan, menjadi salah satu dari tiga tantangan utama yang dihadapi bisnis.
Dalam kajian ini, dunia usaha di Indonesia atau sebesar 93% responden menunjukkan keinginan yang kuat untuk meningkatkan profitabilitas dan meningkatkan pendapatan melalui ekspansi ke luar negeri, terutama di sektor Manufaktur, Teknik, dan Layanan Bisnis. Perusahaan-perusahaan termotivasi untuk memperluas pasar pada skala internasional guna membangun reputasi, memanfaatkan jaringan regional atau global, serta memanfaatkan peluang untuk produk dan layanan yang ditawarkan.
Keinginan akan ekspansi ke luar negeri sebagian besar mengarah ke negara-negara ASEAN atau 78% responden dan negara-negara di Asia Utara lainnya atau sebanyak 31% responden. Malaysia dan Singapura menjadi tujuan utama untuk kawasan ASEAN. Namun, 48% dunia usaha masih berupaya menemukan mitra yang tepat untuk kerja sama di pasar luar negeri. Lebih dari empat dari 10 bisnis masih memiliki dukungan keuangan atau dana yang belum memadai.