
Ada Potensi Krisis Tahun Depan, Industri Sawit Dinilai Memiliki Daya Tahan Kuat

Ketua Bidang Perpajakan dan Fiskal Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Bambang Aria Wisena
Industri sawit nasional dinilai memiliki daya tahan yang kuat dalam menghadapi berbagai krisis ekonomi di Indonesia sejak tahun 1998. Industri ini pun diharapkan akan tetap menjadi penopang pertumbuhan ekonomi Indonesia di tengah ancaman krisisi ekonomi global yang diperkirakan terjadi pada tahun depan.
Ketua Bidang Perpajakan dan Fiskal Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Bambang Aria Wisena mengatakan industri sawit memiliki kemampuan untuk bertahan sekaligus menyelamatkan perekonomian Indonesia di tengah berbagai gempuran krisis.
“Industri sawit telah berkontribusi Rp 500 triliun untuk pemasukan devisa ekspor negara setiap tahunnya. Selain itu, komoditas ini memberikan lapangan kerja bagi 16 juta orang,” ujar Bambang, Rabu (2/111) malam, dalam acara temu media di Bali di sela-sela penyelenggaraan Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) 2022.
Keunggulan kelapa sawit dari aspek produktivitas dan ekonomi, dikatakan Bambang Aria, yang mengakibatkan komoditas ini mendapatkan tekanan luar biasa dari para pesaingnya. Sebagai contoh, kebijakan Renewable Energy Directive (RED) II yang bersifat diskriminatif terhadap produk kelapa sawit khususnya biofuel yang berpotensi merugikan industri sawit Indonesia.
“Untuk meng-counter isu negatif dan kebijakan diskriminatif, asosiasi sawit seperti GAPKI, APROBI, dan DMSI perlu bersinergi dengan media. Pandangan asosiasi dapat disuarakan oleh media sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam memutuskan kebijakan,” kata BAW sapaan akrab Bambang Aria Wisena.
Peranan media, menurutnya, sangat penting untuk menjaga keberlanjutan industri sawit di Tanah Air. Ia mengapresiasi saat ini pemberitaan media mulai berimbang dalam menyajikan informasi terkait kelapa sawit.
“Dua dekade lalu, pemberitaan media kerap kali menyajikan isu negatif berkaitan kelapa sawit. Akibatnya, daya saing industri sawit ikut terganggu,” ujarnya.
Namun demikian, perlahan-lahan pemberitaan media mulai berubah lebih baik dan positif bagi perkembangan industri sawit. “Pelaku industri sawit sangat mengapresiasi media yang menyajikan pemberitaan positif bagi kelapa sawit,” ujar Bambang Aria Wisena yang didampingi Tofan Mahdi, Ketua Bidang Komunikasi GAPKI.