BPS: Nilai Ekspor Indonesia Secara Kumulatif dari Periode Januari-April 2024 Alami Penurunan
Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut kinerja ekspor dan impor Indonesia pada April 2024 mengalami penurunan dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Nilai ekspor Indonesia pada April 2024 mencapai US$ 19,62 miliar atau turun 12,97% dibandingkan dengan ekspor Maret 2024.
Namun, kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini, secara tahunan (yoy), nilai ekspor April 2024 naik 1,72% dibandingkan dengan ekspor periode yang sama tahun sebelumnya. Kemudian, untuk ekspor non-migas, terdapat penurunan sebesar 14,06% atau sebesar US$ 18,27 miliar pada April 2024 tapi secara yoy naik 1,33%.
“Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari-April 2024 mencapai US$ 81,92 miliar atau turun 5,12% dibanding periode yang sama tahun 2023. Sementara ekspor non-migas mencapai US $76,67 miliar atau turun 5,43%,” kata Pudji dalam keterangan resminya pada Rabu (14/5).
Selanjutnya, kata Pudji, dari 10 komoditas nilai ekspor non-migas itu, logam mulia dan perhiasan mengalami penurunan terbesar senilai US$ 478,9 juta atau 34,88%. Sedangkan komoditas yang mengalami peningkatan terbesar terjadi di sektor nikel dan barang sebesar US$ 210,6 juta atau 45,85%.
“Berdasarkan sektor, ekspor non-migas hasil industri pengolahan Januari-April 2024 turun 1,97% dibanding periode yang sama tahun 2023, demikian juga ekspor hasil pertambangan dan lainnya turun 17,22%, sedangkan ekspor hasil pertanian, kehutanan, dan perikanan naik 6,90%,” tambah Pudji.
Dari sisi negara tujuan ekspor, kata Pudji, ekspor non-migas nasional terbesar berada di Tiongkok dengan nilai mencapai US$ 4,28 miliar. Kemudian, India sebesar US$ 1,81 miliar, Amerika Serikat US$ 1,75 miliar di mana kontribusi ketiga negara tersebut mencapai 42,98%.
“Sementara ekspor ke Asean dan Uni Eropa (27 negara) masing-masing sebesar US$ 3,35 miliar dan US$ 1,24 miliar,” ujar Pudji.
Masih kata Pudji, nilai impor Indonesia pada April 2024 sebesar US$ 16,06 miliar atau turun 10,60% dibandingkan Maret 2024. Apabila dilihat secara yoy, nilai impor Indonesia mengalami kenaikan 4,62%. Sementara impor migas mengalami penurunan 11,01% menjadi US$ 2,96 miliar, dan naik 0,18% secara yoy.
“Impor non-migas April 2024 senilai US$ 13,10 miliar, turun 10,51% dibandingkan Maret 2024 atau naik 5,68% dibandingkan April 2023,” kata Pudji.
Dari 10 golongan barang utama non-migas, kata Pudji, mesin/perlengkapan elektrik dan bagiannya mengalami penurunan paling dalam senilai US$ 388,9 juta, atau minus 17,07% dibanding Maret 2024. Sementara peningkatan terbesar terjadi di impor gula dan kemban gula yang mencapai US$ 139,2 juta atau 48,64%.
Pudji menambahkan, terdapat 3 negara pemasok barang impor non-migas terbesar selama periode Januari-April 2024 adalah Tiongkok sebesar 20,77 miliar atau 35,22%; Jepang US$ 2,26 miliar atau 7,23%, dan Thailand US$ 3,27 miliar atau 5,55%. “Impor non-migas dari Asean US$ 10,46 miliar (17,74%) dan Uni Eropa US$ 3,64 miliar 6,16%,” katanya.