Di Depan Komisi XI, Gubernur BI Sampaikan Sinyal Kembali Menurunkan BI Rate untuk Dorong Pertumbuhan Ekonomi 

0
30

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo kembali menegaskan bahwa masih ada ruang penurunan BI Rate pada tahun ini, setelah sebelumnya sudah dua kali melakukan penurunan masing-masing 25 basis poin pada Januari dan Mei 2025.

“Bank Indonesia all out untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Kita turunkan suku bunga dua kali, kami akan turunkan lagi,” ujar Perry dalam Rapat Kerja dengan Komisi XI DPR RI, Kamis malam (3/7).

Dalam Rapat Dewan Gubernur Juni lalu, BI memutuskan mempertahankan BI Rate di level 5,50%.

Perry menyampaikan di tengah tekanan kondisi ekonomi global, Indonesia harus tetap menjaga ketahanan ekonomi domestik, menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah dan pasar obligasi dan mendorong stimulus pertumbuhan ekonomi, baik dari kebijakan fiskal, kebijakan Bank Indonesia, OJK maupun kebijakan-kebijakan untuk mendorong sektor riil khususnya dari program Asta Cita.

Menurut Perry, sejauh ini pertumbuhan ekonomi Indonesia “tetap baik”. Tetapi, tambahnya, ke depan perlu terus didorong agar pertumbuhannya lebih tinggi.

“Kami perkirakan pada tahun ini, pertumbuhan (ekonomi) sekitar 4,6%-5,4%, sekitar 4,9% titik tengahnya,” ujarnya.

Baca Juga :   Bank Indonesia Pangkas BI Rate Menjadi 5,50% untuk Dorong Pertumbuhan Ekonomi

Pada 2026, BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia sekitar 4,7%-5,5%.

Perry mengatakan, perlambatan pertumbuhan ekonomi global akan berdampak kepada penurunan kinerja ekspor barang dan jasa Indonesia.

“Secara keseluruhan dari sisi permintaan, itulah perlunya kita mendorong konsumsi baik swasta maupun pemerintah dan perlunya terus mendorong investasi,” ujarnya.

Dari sisi sektoral, tambah Perry, sektor-sektor yang mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah sektor berorientasi ekspor baik pertanian – khususnya kelapa sawit – maupun ekspor sektor pertambangan.

“Sektor-sektor yang berorientasi permintaan domestik juga membaik, termasuk sektor konstruksi, transportasi dan pergudangan serta perdagangan besar dan eceran,” ujarnya.

Dukungan pada pertumbuhan ekonomi juga berasal dari sektor jasa, seperti informasi dan komunikasi, jasa keuangan dan asuransi, jasa pendidikan dan jasa lainnya.

Menurut BI, kata Perry, agar pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa dipacu lebih tinggi di atas kisaran perkiraan, maka ada beberapa langkah yang harus dilakukan.

Pertama, perlunya kebijakan yang mendorong kinerja ekspor sebagai sumber pertumbuhan ekonomi. Hal ini dapat ditempuh, baik melalui perundingan tarif dengan Amerika Serikat maupun peningkatan dan perluasan kerja sama perdagangan dengan mitra utama seperti Tiongkok, Asean dan India.

Baca Juga :   Bank Indonesia Dorong Konektivitas Pembayaran Antarnegara ASEAN

Kedua, akselerasi implementasi reformasi struktural untuk meningkatkan investasi dan produktivitas, seperti perbaikan iklim investasi dan iklim usaha, akselerasi hilirisasi pertambangangan, pertanian dan sumber daya alam lainnya, serta meningkatkan pendidikan kewirausahaan, riset dan inovasi.

Ketiga, perlunya kebijakan untuk meningkatkan permintaan domestik baik dari konsumsi maupun investasi. Hal ini dapat ditempuh melalui stimulus kebijakan fiskal seperti program sosial, makan bergizi gratis, koperasi desa merah putih dan alokasi anggaran untuk belanja modal.

Keempat, akselerasi digitalisasi ekonomi keuangan untuk mendorong efisiensi dan produktivitas pertumbuhan ekonomi dan peningkatan inklusi ekonomi untuk kesejahteraan rakyat.

“Bank Indonesia berkomitmen untuk bersinergi dengan pemerintah, tidak hanya menjaga stabilitas dan ketahanan ekonomi kita dari dampak global, tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi,” ujarnya.

Leave a reply

Iconomics