Dua Tantangan Digitalisasi Perbankan Bagi BPD Menurut Direktur Keuangan Bank Jateng

0
903

Direktur Keuangan Bank Jateng, Dwi Agus Pramudya mengatakan digitalisasi perbankan merupakan suatu keniscayaan. Tetapi, khusus untuk Bank Pembangunan Daerah (BPD) serta bank-bank yang sifatnya regional, menurutnya digitalisasi ini menghadapi sejumlah kendala.

Pertama, menurutnya secara internal ada kendala organisasi. Untuk menjadi digital bank atau menidigitaliasi perbankan, menurutnya perlu organisasi yang lebih luwes, tanpa mengesampingkan asepek governance maupun security. “Saya rasa ini perlu yang namanya adjustment di sana bagi BPD khususnya dan juga mungkin bank-bank kecil yang mungkin belum terbiasa untuk itu,” ujar Dwi dalam takshow yang digelar Infobank, Selasa (22/6).

Kendala kedua, menurut Dwi adalah dari sisi finansial atau permodalan. Ia mengatakan transformasi dari bank konvensional ke bank digital membutuhkan investasi yang tidak sedikit, sehingga ini pun menjadi kendala bagi bank-bank yang memiliki permodalan yang relatif terbatas.

Namun, ia menambahkan, masalah biaya (cost) bisa diatasi melalui kolaborasi. “Mungkin tidak perlu sendiri-sendiri untuk melakukan investasi, bisa berkolaborasi, sehingga bisa memperkecil kebutuhan modal bagi bank-bank yang saat ini masih menglami kendala keterbatasan modal,” ujarnya.

Baca Juga :   Transaksi BSI di Kanal Digital Mencapai Rp40,85 Triliun

Untuk Bank Jateng sendiri, ia mengungkapkan, ada tiga fokus transformasi digital. Pertama, transformasi digital untuk mencapai customer satisfaction, dengan menyediakan layanan yang memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi nasabah. “Kami menciptakan kepuasan pelanggan dengan menawarkan produk-produk yang user friendly misalnya mobile banking dengan menu dan fitur yang sangat mudah, kemudian bisa melakukan transaksi dengan nyaman untuk apa pun baik itu transaksi cash, non cash maupun payment,”ujarya.

Fokus kedua adalah digitalisasi untuk mencapai efisiensi, tanpa mengurangi aspek governance. “Karena tentunya apabila kita memberikan kemudahan, tetapi menimbulkan efek atau dampak yang kurang baik bagi governance suatu transaksi tentunya itu juga tidak kita inginkan,” ujarnya.

Ketiga adalah digitalisasi dengan penggunaan big data. “Dengan melakukan suatu data driven analisis kita bisa menciptakan suatu transaksi yang bisa secara cepat kita laksankan, tetapi tetap dalam koridor governance yang ada. Misalnya, dalam hal kecepatan memberikan kredit,” ujarnya.

 

Leave a reply

Iconomics