Ikhtiar IFG Mengembalikan Asuransi ke Hakikatnya

0
523

Pemahaman dan praktik asuransi terutama asuransi jiwa dan kesehatan di Indonesia sudah melenceng dari hakikat tujuan asuransi. Alih-alih sebagai instrumen proteksi, sebagian besar masyarakat mempersepsikan asuransi dengan investasi. Perusahaan-perusahaan asuransi pun berlomba-lomba membuat produk asuransi berbalut investasi.  Saat risiko pasar menerpa dan terjadi gagal bayar, perusahaan asuransi pun diamuk.

Pemahaman yang salah mengenai asuransi ini bersumber dari rendahnya literasi. Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) yang dilakukan OJK pada tahun 2022 lalu menunjukkan tingkat literasi sektor perasuransian di Indonesia sebesar 31,72%. Meski naik dari SNLIK 2019 yaitu 19,4%, namun tingkat literasi sektor perasuransian ini lebih rendah dibandingkan tingkat literasi sektor perbankan yang mencapai 49,93%.

Sejalan dengan rendahnya literasi, tingkat inklusi perasuransian pun relatif rendah yaitu hanya 16,63%. Sementara tingkat inklusi produk dan jasa perbankan mencapai 74,03%.

Direktur Utama IFG, Hexana Tri Sasongko mengatakan sebagai holding BUMN asuransi dan penjaminan serta capital market, IFG mempunyai misi memperkuat industri asuransi. Apalagi IFG, menurutnya, merupakan pemain utama yang memegang market share dominan di industri asuransi.

Baca Juga :   Rudy Salahuddin Ramto Ditunjuk Jadi Komisaris  Jasa Raharja

“Sebagai upaya dalam memperkuat industri asuransi banyak stakeholders yang kita handle. Salah satu kegiatannya adalah bagaimana kita melakukan literasi, membangun inklusi keuangan khususya di inudustri asuransi,” ujarnya dalam acara media gathering, Rabu (10/5) di Graha CIMB Niaga, Jakarta.

Literasi ini penting agar asuransi bisa bergeser dari “produk yang dijual” perusahaan asuransi, menjadi “produk yang diminta atau dibutuhkan” masyarakat.

Di negara-negara maju, menurut Hexana, asuransi sudah menjadi kebutuhan masyarakat. Hal itu terjadi karena adanya kesadaran bahwa asuransi adalah instrumen proteksi atas risiko.

“Dan IFG itu mendorong mengubah paradigma bahwa asuransi itu penyedia proteksi. Kita fokus ke sana,” ujarnya.

Karena itu, tambahnya produk-produk asuransi yang didesain dan dipasarkan oleh IFG melalui IFG Life adalah produk proteksi alih-alih produk asuransi berbalut investasi.

Tak hanya menyediakan produk proteksi, Hexana mengatakan IFG juga membentuk lembaga kajaian IFG Progress. “Lembaga ini dimaksudkan memberi masukan-masukan yang komprehensif dalam rangka membangun paradigma baru di industri asuransi sehingga tidak lagi mis paradigm, mis konsepsi, pemahaman yang salah oleh masyarakat,” ujar Hexana.

Baca Juga :   Pengalihan Polis Jiwasraya Belum Tuntas 100%, IFG Life Butuh Suntikan Modal Lagi dari Negara

Tugas meluruskan pemahaman soal asuransi ini tentu tidak mudah. Riset bertajuk IFG Progress Insurance Literacy Survey yang dilakukan IFG Progress pada periode Oktober hingga Desember tahun 2022 terhadap 532 responden mahasiswa di empat universitas di Indonesia memang secara umum menunjukkan tingkat literasi asuransi yang moderat. Namun, tingkat pemahaman terhadap produk asuransi terutama terkait jenis-jenis produk dan manfaat masih sangat rendah.

Peneliti IFG Progress, Nada Serpina mengatakan tingkat pemahaman yang rendah terhadap produk ini antara lain terlihat dari pemahaman mahasiswa (responden) bahwa asuransi itu sama dengan tabungan dan investasi. “Padahal [asuransi] hanya untuk proteksi. Di situ masih ada salah paham konsep asuransi sendiri di tingkat universitas,” ujarnya.

Dapatkan berita dan analisis seputar ekonomi, bisnis dan lainnya hanya di theiconomics.com.

Pastikan untuk mengikuti perkembangan terbaru, berita, dan event The Iconomics di akun sosial media kami:
Instagram: the.iconomics
TikTok: @theiconomics
YouTube: @theiconomics
X: theiconomic
LinkedIn: The Iconomics

Leave a reply

Iconomics