Israel-Iran Memanas, Airlangga Hartarto Beberkan Fundamental Ekonomi Indonesia yang Kokoh
Pemerintah Indonesia terus mencermati perkembangan konflik antara Isarel dan Iran, pasca Iran melakukan serangan ke Israel pada 14 April. Seruan berbagai negara agar konflik tidak meluas diharapkan meredakan ketegangan.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, beberapa negara Barat menyatakan “tidak mau terlibat” dalam konflik Israel dan Iran.
Demikian juga negara di Timur Tengah seperti Yordania, Mesir dan Arab Saudi juga mendorong de-eskalasi. Perserikatan Bangsa-Bangsa sudah meminta agar semua pihak menahan diri.
“Para pemimpin relatif statemennya sama hindari eskalasi,” ujar Airlangga dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (18/4).
Ia mengatakan konflik Israel-Iran ini bila terus memanas dan meluas akan mengganggu distribusi logistik global, terutama kapal-kapal pengangkut minyak yang melintasi Selat Hormuz.
“Kita tahu Selat Hormuz penting terutama untuk jalur minyak. Sebanyak 30% perdagangan minyak ada di sana. Tetapi kita juga tahu ada pangkalan Amerika di Qatar. Jadi, tentu ini secara geopolitik relatif belum ada apa-apa. Jadi, kalau belum apa-apa, ya, kita juga tenang-tenang saja,” ujar Airlangga.
Airlangga memaparkan fundamental ekonomi Indonesia sejauh ini solid. Menurunya, kepercayaan investor terhadap ketahanan ekonomi Indonesia baik. Antara lain karena prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini yang lebih baik dibandingkan pertumbuhan global.
Tahun ini, Airlangga berkata, ekonomi Indonesia diperkirakan tumbuh 5,1%, sedangan ekonomi global diperkirakan tumbuh 3,2%.
Asesmen lembaga rating internasional terhadap Indonesia juga masih baik. Pada 16 April lalu, lembaga pemeringkat Moody’s kembali mempertahankan Sovereign Credit Rating (SCR) Republik Indonesia pada peringkat Baa2, satu tingkat di atas investment grade, dengan outlook stabil.
“Hasil afirmasi Moody’s yang tetap pertahankan peringkat Indonesia dengan outlook stabil di tengah ketidakpastian ekonomi global dan ketegangan geopolitik saat ini menandakan kepercayaan investor masih kuat terhadap kredibilitas kebijakan Pemerintah dan ketahanan ekonomi Indonesia,” ujarnya.
Penilaian positif Moody’s atas kinerja perekonomian Indonesia juga sejalan dengan hasil asesmen lembaga rating lainnya, yaitu Fitch dan JCR pada bulan lalu. Fitch kembali mempertahankan SCR Republik Indonesia pada BBB (satu tingkat di atas investment grade) dengan outlook stabil pada 15 Maret 2024.
Sementara, JCR juga mempertahankan SCR Republik Indonesia pada BBB+ (investment grade) dengan outlook stabil pada 22 Maret 2024. Keputusan tersebut mempertimbangkan prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam jangka menengah yang baik, inflasi yang terkendali dalam kisaran sasaran, dan rasio utang Pemerintah terhadap PDB yang rendah dan terkendali.
Airlangga mengatakan prospek cerah ekonomi Indonesia juga terlihat dari tingkat kepercayaan konsumen yang masih berada di level 123,8. Penjualan eceran juga tumbuh 3,5% yoy dan indeks PMI di level 54,2.
Tingkat inflasi Indonesia juga relatif terkendali. Diakui Airlangga, saat ini harga pangan memang masih bergejolak sebagai dampak dari El Nino.
“Namun, pasca lebaran harga beras dan minyak goreng sudah mulai flat. Demikan juga cabe rawit dan cabe merah turun,” ujarnya.
Pada kesempatan yang sama, Wakil Menteri Keuangan, Suahasil Nazara mengatakan, Komite Stabilitas Sistem Keuangan [KSSK] yaitu Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, Lembaga Penjamin Simpanan dan Kementerian Keuangan terus memantau dampak kondisi geopolitik pada stabilitas sistem keuangan.
“Kita melihat seluruh sistem perbankan, sistem non bank, asuransi dan yang lainnya masih tetap berjalan dengan sangat baik dan kita lanjutkan pemantauan atas stabilitas tersebut bersama Kantor Kemenko Perekonomian,” ujarnya.