Masih Agresif, BI Kembali Naikkan Suku Bunga Acuan 50 Basis Poin

0
275

Setelah pada Sepetember lalu menaikkan 50 basis poin (bps), Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) pada 19-20 Oktober 2022 kembali menaikkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 50 bps menjadi 4,75%.

Demikian juga suku bunga Deposit Facility dinaikkan sebesar 50 bps menjadi 4,00% dan suku bunga Lending Facility sebesar 50 bps menjadi 5,50%.

Selama tahun 2022 ini, Bank Indonesia sudah menaikkan suku bunga acuan sebesar 125 basis poin, yaitu 25 bps pada Agustus 2022 dan 50 bps pada September dan Oktober 2022.

“Keputusan kenaikan suku bunga tersebut sebagai langkah front loaded, pre-emptive, dan forward looking untuk menurunkan ekspektasi inflasi yang saat ini terlalu tinggi (overshooting) dan memastikan inflasi inti ke depan kembali ke dalam sasaran 3,0±1% lebih awal yaitu ke paruh pertama 2023,” ujar Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo dalam konferensi pers, Kamis (20/10).

Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada September 2022 tercatat sebesar 5,95% (yoy) lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya sebesar 4,69% (yoy), didorong oleh penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM).

Baca Juga :   Neraca Pembayaran Indonesia 2019 Surplus US$4,7 Miliar

Selain untuk menjinakkan inflasi, kenaikan suku bunga ini, tambah Perry juga dilakukan untuk memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah agar sejalan dengan nilai fundamentalnya.

Sampai dengan 19 Oktober 2022, nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS terdepresiasi 8,03% (ytd) dibandingkan dengan level akhir 2021. Menurut Bank Indonesia, pelemahan nilai tukar Rupiah ini relatif lebih baik dibandingkan dengan depresiasi mata uang sejumlah negara berkembang lainnya, seperti India 10,42%, Malaysia 11,75%, dan Thailand 12,55%.

“Depresiasi tersebut sejalan dengan menguatnya dolar AS dan meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global akibat pengetatan kebijakan moneter yang lebih agresif di berbagai negara, terutama AS untuk merespons tekanan inflasi dan kekhawatiran perlambatan ekonomi global, di tengah persepsi terhadap prospek perekonomian Indonesia yang tetap positif,” ujar Perry.

Perry mengatakan kedepan, Bank Indonesia terus mencermati perkembangan pasokan valas dan memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah sesuai dengan bekerjanya mekanisme pasar dan nilai fundamentalnya untuk mendukung upaya pengendalian inflasi dan stabilitas makroekonomi.

Leave a reply

Iconomics