Menperin Agus Sebut Fokus kepada Hilirisasi 3 Sektor Manufaktur, Apa Saja?
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) fokus kepada 3 sektor manufaktur khususnya dalam hal hilirisasi. Ketiga sektor manufaktur itu meliputi agro industri, bahan tambang dan mineral, kemudian sektor berbasis minyak dan gas (migas), serta batu bara.
Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang mengatakan, dari sektor manufaktur agro industri, misalnya, hilirisasi subsektor kelapa sawit telah berhasil dilakukan. Untuk minyak goreng telah menghasilkan nilai tambah sebesar 1,36, margarin atau lemak pangan menghasilkan nilai tambah 1,86, fatty acid/alcohol mempunyai nilai tambah 1,88, surfactant 2,66, dan kosmetik dengan nilai tambah 3,88.
“Untuk ekosistem sektor CPO, ini juga kita telah mencetak direct tenaga kerja sekitar 2,5 juta, dan juga menghidupkan sekitar 21,4 juta secara nasional,” kata Agus dalam Outlook Ekonomi Indonesia 2023 di Ritz-Carlton, Jakarta, Rabu (21/12).
Sementara, untuk prioritas hilirisasi tambang dan mineral, kata Agus, nikel menjadi salah satu komoditas yang berhasil menciptakan nilai tambah hingga mencapai 400 kali lipat. Pencapaian tersebut dinilai dapat mendorong industri kendaraan listrik di Indonesia, termasuk memproduksi baterainya.
Kemudian, kata Agus, bijih nikel juga membuka turunan hilirisasi seperti alat kesehatan, alat dapur, industri kedirgantaraan, dan lain-lainnya. Misalnya semikonduktor di mana komposisi bahan bakunya berasal dari tambang dan mineral.
“Oleh sebab itu, hilirisasi menjadi penting. Jadi Indonesia sekarang sudah mempunyai kemampuan di dalam semikonduktor dalam membangun desain IC (integrated circuit ), sudah ada beberapa perusahaan nasional yang sudah mampu memproduksi IC desain,” kata Agus.
Masih dari sisi hilirisasi tambang dan mineral, kata Agus, pihaknya juga mendorong kemampuan Indonesia untuk membangun wafer sebagai bahan dasar dari komponen microsystem yang berbahan baku silika.
“Kalau nanti bauksit dilarang ekspor, ada by product dari bauksit yang disebut galium, itu juga menjadi bahan baku wafer yang sekarang sedang kita dorong agar Indonesia bisa dalam waktu sesingkat-singkatnya memproduksi wafer,” ujar Agus lagi.
Sedangkan dari sisi hilirisasi migas dan batu bara, kata Agus, dengan pemberlakuan hilirisasi gas dalam proyek gas di Bintuni, Papua Barat, mampu menghasilkan produk seperti metanol.
“Jadi itu kira-kira yang bisa kami sampaikan, karena memang hilirisasi itu sangat penting bagi Indonesia karena memang menciptakan nilai tambah, menciptakan tenaga kerja, dan juga investasi,” tutur Agus.