Strategi BRI dan BCA Menjaga Pertumbuhan Kredit di Tengah Kelesuhan Ekonomi

0
119
Reporter: Petrus Dabu

Bank Indonesia memangkas proyeksi pertumbuhan kredit pada tahun ini menjadi 9% hingga 11% dari sebelumnya 10% hingga 12%. Penurunan ini seiring dengan prediksi pertumbuhan ekonomi yang juga dipangkas ke bawah menjadi 5,0%-5,4% dari sebelumnya 5,1%-5,5%.

Di awal tahun sebenarnya kondisi makro ekonomi sudah mulai membaik karena meredahnya tensi perang dagang antara Amerika Serika dan China. Namun di luar prediksi, wabah virus Corona (Covid-19) terjadi di China. Kondisi ini tentu akan berdampak tidak hanya bagi perekonomian China saja, tetapi juga negara-negara lain di dunia termasuk Indonesia.

Sektor perbankan pun mulai was-was dengan kondisi ini. Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia Tbk, Sunarso mengatakan wabah Corona ini memang harus diwaspadai selain juga tantangan lainnya seperti perang dagang.

“Yang paling kita khawatirkan adalah menurunnya daya beli karena  menurunnya perdagangan di global dan kemudian menurunnya pertumbuhan  ekonomi,” ujar Sunarso saat menjadi panelis dalam forum CNBC Indonesia Economic Outlook 2020 di Hotel Ritz Carlton, SCBD, Jakarta, Rabu (26/2).

Meski demikian, Sunarso optimis daya tahan ekonomi Indonesia mampu untuk menghadapi berbagai tantangan dari luar tersebut. Sebab, Indonesia memiliki konsumsi domestik yang kuat yang menjadi penopang pertumbuhan ekonomi.

Baca Juga :   BRI dan Bio Farma Berkolaborasi Sediakan Fasilitas Business Card dalam Marketplace Farmasi Medbiz

“Tetapi memang harus ada gerakan bahwa yang dikonsumsi itu, baik barang maupun jasa seharusnya adalah barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri karena itulah yang menciptkan lapangan kerja,” ujarnya.

Dalam konteks menciptakan lapangan kerja ini, BRI menurutnya sudah memainkan perannya melalui penyaluran kredit kepada sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Ia mengungkapkan dari total Rp 907,4 triliun kredit yang disalurkan oleh BRI tahun lalu, 78% diantaranya disalurkan ke UMKM.

Sunarso mengungkapkan sektor UMKM menyumbang 61,5% pada PBD dan 97,22% pada penyerapan lapangan kerja di Indonesia. “UMKM sudah membuktikan diri menyediakan pekerjaan  yang luar biasa karena mampu menyerap 97,22% tenaga kerja di Indonesia. Di situlah peran BRI,” ujarnya.

Di tengah kondisi perlambatan ekonomi saat ini, Sunarso mengatakan BRI tetap fokus menggarap segmen UMKM ini untuk menyalurkan kredit. Ia mengatakan potensi kredit di segmen ini masih begitu besar terutama segmen di bawah usaha mikro.

Ia mejelaskan saat ini ticket size kredit untuk usaha mikro sebesar Rp 50 juta. Tetapi ternyata segmen di bawah mikro yang ticket size-nya di bawah Rp 10 juta masih sangat besar.

“Di dalam slowdown ekonomi yang terjadi karena berbagai sebab itu, kalau begitu kita harus menciptakan new market. BRI enggak usahlah bersaing di level-level yang atas, kita mending turun lebih ke bawah lagi dan kemudian kita melakukan gerakan go smaller, go shorter, pendek-pendek, kemudian go faster dan kemudian pada akhirnya nanti kita go cheaper,”ujarnya.

Baca Juga :   BRI akan Bagi Dividen Rp231,2 per Saham, Catat Jadwalnya

Menurutnya, dalam kondisi ruang pertubuhan kredit yang menyempit saat ini, menyalurkan kredit ke segmen korporasi tidaklah mudah. “Peluang yang paling besar adalah di unbank society.  Itu sebenarnya yang harus kita garap. Maka sebenarnya di tengah menyempitnya ruang untuk tumbuh, saya kira kita harus pergi ke yang lebih kecil,” ujarnya.

Sebelumnya, BRI memasang target pertumbuhan kredit pada 2020 ini sebesar 10% hingga 12%. Tahun lalu, pertumbuhan kredit BRI tumbuh sebesar 8,44%.

Sunarso menambahkan BRI juga tahu diri untuk tidak bersaing di segmen atas di mana sudah banyak pemainnya yang sudah mumpuni. “Ngapain bertanding di cabang yang kita enggak kuasai, kita fokus saja di cabang yang paling kita kuasai dan kalau perlu lawan kita tarik masuk ke situ supaya kita pemenangnya,” pungkasnya.

Lantas apakah Bank Central Asia (BCA) tergoda untuk beralih fokus ke segmen UMKM? “Pada dasarnya kami tidak akan melakukan switching strategi, karena kami melihat di mana kami sudah mempunyai kekuatan dan selama ini cukup  solid di situ, kami akan mempertahankan di situ,” ujar Komisaris Independen BCA, Raden Pardede dalam fourm yang sama.

Baca Juga :   Para Penyokong Laba BUMN

Tahun 2019 lalu, BCA menyalurkan kredit sebesar Rp 603,7 triliun. Dari jumlah tesebut, kredit yang disalurkan ke segmen korporasi sebesar Rp 236,9 triliun. Sedangkan kredit komersial dan UKM sebesar Rp 202,9 triliun. Tahun ini BCA menargetkan pertumbuhan kredit sebesar 5% hingga 7%, lebih kecil dibandingkan pertumbuhan kredit tahun lalu yang tumbuh 9,5%.

“Salah satu fokus kita ke depan adalah bagaimana terus kita memperbaiki payment system kita karena memang kita lihat dari masa ke masa itu adalah keunggula kita dan kita akan invest dalam jumlah yang besar untuk tetap kuat di payment system ini,” ujar Raden Pardede.

 

Dapatkan berita dan analisis seputar ekonomi, bisnis dan lainnya hanya di theiconomics.com.

Pastikan untuk mengikuti perkembangan terbaru, berita, dan event The Iconomics di akun sosial media kami:
Instagram: the.iconomics
TikTok: @theiconomics
YouTube: @theiconomics
X: theiconomic
LinkedIn: The Iconomics

Leave a reply

Iconomics