Tekanan di Sektor Keuangan Mereda pada Akhir Tahun 2023, OJK Tetap Mewaspadai Beberapa Risiko

0
84

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyampaikan tekanan pada sektor keuangan mereda pada akhir tahun 2023 lalu. Namun, regulator dan pengawas sektor jasa keuangan ini masih mewaspadai beberapa risiko seperti kondisi suku bunga yang masih berada di level  tinggi.

“Tekanan di pasar keuangan pada akhir 2023 itu mereda, namun kami tetap mewaspadai beberapa faktor risiko yang saat ini tetap kita hadapi dan berpotensi akan berlanjut di tahun ini, termasuk kondisi suku bunga yang masih di level yang tinggi, walaupun memang diproyeksikan tidak akan naik lagi, bahkan diperkirakan akan turun di tahun 2024 ini,” ujar Mahendra Siregar, Ketua Dewan Komisioner OJK, dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Komisioner Bulanan  OJK, Selasa (9/1).

Bank Sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (The Fed) dalam dua tahun terakhir agresif menaikkan suku bunga acuannya – Fed Fund Rate –  sebanyak 11 kali hingga menyentuh level 5,25%-5,5%.

Selain risiko suku bunga tersebut, Mahendara mengatakan risiko lainnya adalah perlambatan pertumbuhan ekonomi global. Perkiraan berbagai lembaga termasuk lembaga-lembaga multilateral menunjukkan pertumbuhan di tahun 2024 ini akan lebih rendah daripada tahun 2023, terutama karena pertumbuhan di Tiongkok dan negara-negara Eropa yang melambat.

Baca Juga :   Kalah Beruntun di Pengadilan, OJK Tegaskan CIU Kresna Life Sesuai Ketentuan dan untuk Lindungi Konsumen

Namun, perlambatan pertumbuhan ekonomi global ini mendorong inflasi turun mendekati target inflasi sehingga memberikan ruang bagi bank sentral untuk lebih akomodatif.

Di AS, The Fed mengisyaratkan akan menurunkan suku bunga kebijakan sebesar 75 bps di 2024. Pelaku pasar juga menilai ekonomi AS masih cukup resilient dan diperkirakan tidak akan mengalami resesi.

Namun demikian, pasar masih mencermati perkembangan geopolitik ke depan, seperti eskalasi ketegangan di laut merah imbas dari konflik Palestina-Israel, serta penyelenggaraan pemilihan umum yang mencakup 50 persen populasi dunia terutama di beberapa negara utama seperti Amerika Serikat, Uni Eropa, India, dan Taiwan, termasuk juga Indonesia.

Meski terdapat berbagai risiko tersebut, Mahendra mengatakan “kami berpandangan tetap optimis bahwa sektor jasa keuangan dapat menghadapinya”, karena hingga akhir tahun lalu stabilitas sektor keuangan tetap terjaga dan diperkirakan berlanjut di tahun ini.

Secara umum sentimen di pasar keuangan gobal cenderung positif pada Desember 2023 didukung oleh ekspektasi penurunan suku bunga Fed Funds Rate (FFR) dan narasi soft landing di AS, sehingga mendorong kembalinya aliran dana masuk ke Emerging Markets (EM) dan penguatan pasar keuangan global, termasuk pasar keuangan Indonesia. Volatilitas baik di pasar saham, surat utang, maupun nilai tukar juga terpantau menurun.

Baca Juga :   OJK & MUI Sepakat Tingkatkan Kerja Sama Dorong Penguatan Sektor Keuangan Syariah

Di domestik, leading indicators perekonomian nasional masih cukup positif, di antaranya ditunjukkan oleh neraca perdagangan yang masih surplus dan PMI Manufaktur yang masih ekspansif. Tingkat inflasi juga terjaga rendah di level 2,61 persen yoy (November 2023: 2,28 persen yoy). Namun demikian, masih perlu dicermati perkembangan permintaan domestik ke depan seiring masih berlanjutnya penurunan inflasi inti, penurunan optimisme konsumen, serta melandainya pertumbuhan penjualan ritel dan kendaraan bermotor.

Mahendra mengatakan OJK juga menerapkan langkah-langkah kebijakan mitigatif, termasuk pengawasan yang intensif dan berkelanjutan yang diharapkan mampu menjaga stabilitas sistem keuangan.

“OJK meminta lembaga jasa keuangan terus memperhaitkan aspek  kehati-hatian, profesionalisme, inovatif dan selalu menjaga integritas,” ujarnya.

Aspek penegakan hukum, tambahnya, juga terus diperkuat oleh OJK pada tahun ini untuk menjaga kepercayaan masyarakat terhadap sektor jasa keuangan.

“Lalu, OJK juga meminta lembaga jasa keuangan untuk melakukan stress test secara berkala guna mengukur ketahanan permodalan dan likuiditas dalam berbagai skenario,” ujarnya.

Leave a reply

Iconomics