Wamen Tiko Sebut 3 Tahap Pengadaan Kereta
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir mengatakan sejak pasca Covid-19 terjadi lonjakan jumlah penumpang kereta rel listrik (KRL) yang melebihi prediksi awal. Oleh karena itu, dibutuhkan rangkaian kereta lagi mengingat jumlah penumpang yang semakin banyak. Menjawab hal tersebut, memproduksi kereta melalui PT Industri Kereta Api (INKA) menjadi salah satu piihan yang dapat dilakukan.
Erick tak menampik bahwa saat ini EBITDA dari PT INKA masih negatif sehingga dibutuhkan penambahan modal. Pihaknya juga telah melakukan rapat dengan Menteri Perhubungan, Menteri Koordinator Maritim dan Investasi, dan Menteri Perindustrian.
“Ketika kami rapat dengan Menteri Perhubungan, Menko Marinves, Menteri Perindustrian setelah kita memetakan kan memang harus ada yang namanya penambahan modal dari INKA sendiri untuk mengantisipasi pertumbuhan kebutuhan kereta api untuk gerbong-gerbong barunya,” jelas Erick Thohir dalam Rapat Kerja (Raker) dengan Komisi VI DPR RI pada Senin, (05/06/2023).
Adapun dana penyertaan modal negara (PMN) yang diajukan adalah sebesar Rp3 triliun. Menurutnya, meski terdapat opsi lain yaitu impor KRL, tetap harus diiringi dengan produksi kereta dari PT INKA.
Wakil Menteri BUMN II, Kartiko Wirjoatmodjo atau yang akrab disapa Tiko ini mengungkapkan bahwa dalam rangka pengadaan kereta, setidaknya ada tiga tahap yang harus dilakukan. Pertama, harus melakukan impor KRL bekas Jepang sebanyak 12 trainset yang saat ini sedang pihaknya ajukan ke Kementerian Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenkomarves).
Kedua, Tiko menyebut tengah melakukan rekondisi dari kereta-kereta yang sudah ada, dan ketiga diharapkan tahun 2025, INKA sudah berproduksi penuh. Menurutnya, PMN yang diajukan ke INKA ini adalah untuk barang-barang modal yang akan kita gunakan untuk produksi KRL di 2025.
“Jadi yang saat ini memang kita ajukan untuk equipment, untuk produksi daripada kereta relnya sendiri,” lanjut Tiko.