Akan Dibagikan ke Karyawan, BRI Alokasikan Dana Rp1,5 Triliun untuk Buyback Saham

RUPST PT Bank Rakyat Indonesia, Senin (13/3). RUPST ini menyetujui sejumlah agenda, termasuk rencana buyback saham senilai Rp1,5 triliun/Foto: Dok.BRI
Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI menyetujui rencana pembelian kembali saham (buyback) yang telah dikeluarkan dan tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Total dana yang disedikan sebesar Rp1,5 triliun.
Direktur Utama BRI, Sunarso mengatakan selain untuk meningkatkan rasio kepemilikan saham BRI oleh pekerja, buyback juga dilakukan karena harga saham emiten dengen kode BBRI ini dinilai masih undervalue atau tidak mencerminkan kondisi fundamental bisnis BRI.
“Kita lakukan itu (buyback) memang untuk diberikan kepada karyawan dan kita lakukan pada saat harga saham kita undervalue supaya belinya pas murah sehingga biaya yang kita cadangkan untuk karyawan itu bisa kita efisienkan. Sasarannya adalah meningkatkan engagement kepemilikan oleh karyawan di perusahaan,” ujar Suarso dalam konferensi pers setelah RUPST, Senin (13/3).
Menurut Sunarso, karyawan BRI yang berjumlah ratusan ribu orang itu layak mendapatkan apresiasi karena telah bekerja keras dan berkontribusi baik untuk bank BRI, maupun masyarakat UMKM dan juga negara.
“Sudah layak bahwa mereka itu disemangati dengan cara mereka memiliki saham di BRI,”ujarnya.
Sunarso mengungkapkan saat ini, rasio kepemilikan saham BBRI oleh karyawan masih di bawah 1%. “Untuk bank segede BRI dengan laba juga segede BRI, saya kira enggak ada salahnya karyawannya yang ratusan ribu itu memiliki saham katakanlah 1% atau 1,5%. Ini sekarang belum mencapai 1%, sehingga layak kita untuk menyemangati mereka dengan kepemilikan saham,” ujarnya.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Keuangan BRI, Viviana Dyah Ayu Retno menjelaskan buyback di pasar modal dilakukan karena dua alasan. Pertama, buyback dalam kondisi khusus. Hal ini terjadi ketika harga saham Perseroan dinilai dari kacamata manajemen sudah turun terlalu dalam, tidak mencerminkan kondisi atau valuasi yang sebenarnya, maka manajemen diizinkan atau diperkenankan melakukan buyback.
Kedua, buyback dalam rangka pemberian insentif atau reward kepada pekerja BRI untuk meningkatkan sense of ownership para pekerja terhadap perusahaan. Viviana mengatakan buyback yang dilakukan BRI ini memang terutama untuk tujuan kedua ini yaitu memberikan insentif kepada karyawan BRI.
Tetapi, di sisi yang lain, menurutnya, manajemen BRI juga melihat bahwa harga saham BRI saat ini belum mencerminkan potensi pertumbuhan dan juga peningkatkan profitabilitas yang dimiliki oleh BRI ke depan, terutama setelah adanya holding ultra mikro.
“Jadi, kinerja yang baik ini memang belum sepenuhnya diapresiasi oleh market karena tertutup oleh isu-isu non kinerja. Namun demikian, kita percaya bahwa hal ini sebenarnya menjadi challenge bagi kami sebagai manajemen BRI, bagaimana ke depan untuk terus fokus pada penciptaan pertumbuhan yang berkelanjutan dan profitable, termasuk kami harus menyeimbangkan para stakehodlers BRI yang nota bene saat ini adalah BUMN yang dimiliki oleh pemerintah sekitar 53%,” ujarnya.