Angkasa Pura II: Dari Rugi Rp3,79 Triliun Menjadi Laba Bersih Rp91,90 Miliar
PT Angkasa Pura II membukukan pertumbuhan laba bersih sebesar Rp91,90 miliar pada tahun 2022. Tahun 2021, AP II mengalami rugi sebesar Rp3,79 triliun. AP II menyampaikan Pendapatan pun naik signifikan sebesar 54,55% atau Rp8,41 triliun pada 2022 dibandingkan pada 2021 sebesar Rp5,44 triliun. AP II berhasil mencetak laba usaha sebesar Rp934,11 miliar pada 2022 dari sebelumnya rugi Rp2,52 triliun.
Presiden Direktur AP II, Muhammad Awaluddin mengatakan bahwa kondisi di tahun 2022 lebih baik dibandingkan tahun 2020-2021 yang mana terjadi pandemi Covid-19. Penurunan penumpang pesawat terjadi pada tahun 2020 dan 2021 sekitar 40% dari realisasi pada 2019 sebelum ada pandemi.
“AP II dan para stakeholder mampu mengelola tumbuhnya permintaan penerbangan pada 2022. AP II bersinergi erat dengan seluruh pihak untuk memastikan periode pemulihan pada 2022 berjalan baik,” kata Muhammad Awaluddin dalam keterangan tertulisnya.
Meskipun di tahun 2022 penumpang pesawat bertumbuh, namun Awaluddin mengatakan tetap diperlukan upaya lain untuk mendorong kinerja keuangan perusahaan.
“Lalu lintas penerbangan pada awal 2022 sudah menunjukkan tren positif, tetapi masih di bawah 2019, saat belum ada pandemi. Karena itu AP II juga menjalankan strategi lainnya guna mendorong pemulihan bisnis,” kata Awaluddin.
Salah satu strategi mempercepat pemulihan bisnis yang dijalankan AP II adalah pemanfaatan aset melalui tiga program yakni Asset Optimization Program (brown field asset), Asset Acceleration Program (asset under construction) dan Asset Utilization Program (green field asset).
Adapun strategi pemanfaat aset ini telah dijalankan dan berhasil meningkatkan pendapatan dari konsesi yang naik 28% dibandingkan 2021. Selain itu, pada bisnis hotel pun naik 71% dan bisnis lounge naik 224%.
Awaluddin mengungkapkan bahwa peningkatan pendapatan dari pemanfaatan aset ini berkontribusi terhadap peningkatan pendapatan bisnis non-aeronautika. Tercatat, pada pendapatan bisnis non-aeronautika AP II sebesar Rp4,26 triliun pada 2022 atau lebih besar dibanding bisnis aeronautika sebesar Rp4,14 triliun. Sumber pendapatan bisnis aeronautika sebanyak 73% diantaranya berasal dari jasa pelayanan penumpang pesawat.
“AP berhasil mengembangkan bisnis non-aeronautika, sebagaimana operator-operator bandara kelas dunia lainnya. Pendapatan terbesar AP II saat ini berasal dari bisnis non-aeronautika sehingga tidak hanya bergantung pada jumlah penumpang pesawat. Ini membuat AP II dapat lebih tahan terhadap kondisi seperti pandemi yang berdampak pada penurunan lalu lintas penerbangan,” kata Awaluddin.