Manulife Aset Manajemen Indonesia Beberkan Prospek Pasar Modal Pasca Pemilu
Pemilihan umum presiden dan wakil presiden yang kemungkinan besar hanya satu putaran – mengacu hitung cepat sejumlah lembaga survei – dipandang positif oleh pelaku pasar modal Indonesia.
Katarina Setiawan, Chief Economist & Investment Strategist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) mengatakan pasar bereaksi positif terhadap hasil pemilu, karena meski terbilang rumit, pemilu berjalan lancar, aman dan dengan partisipasi masyarakat yang tinggi.
Pasar juga bereaksi positif, karena pemilihan presiden/wakil prsiden diperkirakan berlangsung satu putaran.
“Komisi Pemilihan Umum (KPU) mempunyai waktu hingga 20 Maret untuk menghitung suara dan mengumumkan pemenang resmi pemilu. Presiden baru dan kabinetnya akan menjabat mulai bulan Oktober 2024. Pasca euforia awal, kami memperkirakan pasar akan bergerak pada kisaran yang sempit sambil menunggu sampai pengumuman kabinet dibuat atau reformasi kebijakan diterapkan,” ujar Katarina di Jakarta, Rabu, 21 Februari 2024.
Katarina menambahkan, kinerja sektoral pasca pemilu nampaknya mengambil petunjuk dari arah kebijakan presiden yang menang. Namun, dua sektor yang secara konsisten menunjukkan kinerja yang kuat pasca pemilu adalah properti dan basic materials yang mungkin mencerminkan peningkatan kepercayaan investor dalam negeri.
“Seperti yang terjadi di masa lalu, tampaknya pertumbuhan pinjaman (loan growth) dan pertumbuhan simpanan (deposit growth) akan membaik dalam waktu dua belas bulan setelah pemilihan umum,” ujarnya.
Samuel Kesuma, Senior Portfolio Manager Equity PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) mengatakan dalam jangka pendek, hasil pemilu disambut secara positif oleh pasar.
Menurutnya, investor pasar saham, terutama investor asing, umumnya lebih menyukai pemimpin baru yang melanjutkan kebijakan pemerintahan sebelumnya. Hal ini disebabkan preferensi investor untuk kestabilan dan minimnya risiko dari perubahan kebijakan yang ekstrem.
Pemilu yang diperkirakan akan berlangsung satu putaran, tambahnya, juga dipersepsi positif bagi ekonomi karena memperbesar potensi komitmen dana investasi langsung tahun ini.
“Ke depannya, investor akan memonitor rencana kebijakan ekonomi dan calon anggota kabinet dari pemerintahan yang baru untuk memprediksi arah pertumbuhan ekonomi di tahun-tahun mendatang,” ujarnya.
Apa strategi MAMI ke depan?
Selain kondisi politik domestik, pelaku pasar terutama masih mencermati arah kebijakan suku bunga bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (The Fed).
Sebelumnya, pasar tampak sangat yakin The Fed akan memangkas Fed Funds Rate (FFR) pertama kali pada Maret 2024. Namun, harapan itu tampaknya akan meleset.
Samuel Kesuma mengatakan MAMI sudah memperkirakan euforia suku bunga dapat menjadi sumber volatilitas di awal tahun, mengingat ekspektasi pasar yang cenderung berlebih terhadap besaran penurunan FFR.
Karena itu, ia menyarankan, berkaca dari apa yang terjadi di tahun 2023, investor sebaiknya berhati-hati dalam mengambil posisi yang bertentangan dengan pandangan The Fed.
“Kami cenderung lebih konservatif dalam mengasumsikan penurunan FFR, semester kedua 2024 dipandang sebagai periode yang lebih aman untuk berasumsi The Fed bisa mulai memangkas suku bunga setelah ada kejelasan kondisi inflasi AS,” ujar Samuel.
Ia menambahkan kemungkinan penurunan suku bunga pada tahun ini relatif lebih besar dibandingkan tahun lalu, didukung oleh tren disinflasi di AS dan proyeksi The Fed yang menunjukkan akan adanya penurunan suku bunga pada tahun ini dibandingkan tahun lalu yang tidak ada ekspektasi penurunan suku bunga.
Sebagian besar bank sentral di banyak negara juga sudah bersiap menurunkan suku bunga. Tidak hanya Amerika Serikat, berbagai negara sudah mencapai puncak suku bunga dan menantikan waktu untuk memangkas suku bunga.
Suku bunga riil di banyak negara sudah berada pada level positif dan merupakan yang tertinggi dalam rata-rata tiga tahun terakhir, yang mengindikasikan bahwa suku bunga berada pada level restriktif.
Secara historis periode pemangkasan suku bunga dan turunnya imbal hasil obligasi menjadi iklim yang kondusif bagi pasar finansial.
Selama tiga siklus penurunan suku bunga The Fed sebelumnya, indikator makro dan pasar finansial Indonesia menunjukkan hasil yang positif: Melandainya nilai tukar USD, arus masuk portofolio asing, penurunan imbal hasil obligasi dan pemangkasan suku bunga bank sentral.
“Siklus pemangkasan The Fed pada tahun ini diharapkan memberikan hasil serupa bagi Indonesia,” ujar Samuel.
Di tengah kondisi global yang dinamis, Samuel mengungkapkan, MAMI mengambil posisi yang berimbang pada konstruksi portofolio, mengombinasikan elemen potensi katalis jangka pendek, defensif, dan potensi struktural jangka panjang.
“Untuk katalis jangka pendek kami memperbesar alokasi pada sektor yang diuntungkan dari pemangkasan suku bunga (interest rate sensitive) seperti di perbankan, properti, tower telekomunikasi, dan konsumer non-primer,” ujarnya.
Sebagai porsi defensif, MAMI mengunggulkan sektor telekomunikasi, karena karakteristik industri cenderung resilien mengingat data merupakan kebutuhan pokok. Selain itu konsolidasi industri memungkinkan bagi emiten untuk menaikkan harga data secara gradual yang positif bagi marjin.
Untuk potensi pertumbuhan struktural, MAMI mempertahankan posisi di sektor yang berhubungan dengan bahan baku untuk industri energi baru terbarukan. Transisi menuju era dekarbonisasi menguntungkan bagi Indonesia yang kaya akan komoditas yang digunakan dalam teknologi energi baru terbarukan.
“Di samping itu kami juga terus mencermati likuiditas dan volatilitas untuk memastikan pengelolaan investasi memberikan hasil optimal dengan risiko yang terkendali,” ujarnya.