Melantai di BEI, Anak Usaha Adaro Percaya Diri Bisnis Batubara Masih Menarik
Tren transisi energi dari energi fosil ke energi baru dan terbarukan yang ramah lingkungan tak menyurutkan PT Adaro Energy Tbk (ADRO) membawa anak usahanya melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI).
PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI), anak usaha ADRO yang fokus pada bisnis batubara termal resmi melantai di BEI pada Kamis (5/12).
“Prospek bisnis batubara termal ke depan masih atraktif karena kebutuhan batubara masih cukup tinggi terutama karena didukung oleh pertumbuhan ekonomi Asia,” kata Julius Aslan, Direktur Utama PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) pada seremoni pencatatan perdana saham di Main Hall BEI.
Julius mengatakan, bisnis batubara memang sangat tergantung pada siklus ekonomi.
“Harga batubara akan naik tinggi saat ekonomi sedang tumbuh pesat, sebaliknya akan turun drastis saat ekonomi mengalami resesi,” tambahnya.
Sebagai contoh, kata dia, dalam lima tahun terakhir, harga batubara termal pernah mencapai level tertinggi (all time high) di atas US$400 per ton. Tetapi, sebaliknya pernah mencapai titik terendah di bawah US$50 per ton pada 2020 karena pandemi Covid-19. Harga batubara termal dari Indonesia pernah mencapai titik tertinggi di atas US$200 pada 2024 dan titik terendah US$35 per ton.
“Kondisi ekonomi makro tentu tidak bisa kami kendalikan. Oleh karena itu kami hanya fokus pada hal-hal yang bisa kami kendalikan yaitu pencapaian operational performance dengan cara meningkatkan produktivitas dan efisiensi sehingga kami bisa mendapatkan margin laba yang baik,” ujar Julius.
PT Adaro Andalan Indonesia Tbk meraup dana Rp4,32 triliun dari penawaran umum perdana saham atau Initial Public Offering (IPO) ini. Dengan harga perdana Rp5.550, jumlah saham yang ditawarkan ke publik sebanyak 778.689.200 saham biasa atas nama yang seluruhnya adalah Saham Baru dan dikeluarkan dari portepel Perseroan, dengan nilai nominal Rp3.125 setiap saham.
Sebanyak 37,23% dana hasil IPO ini digunakan untuk pemberian pinjaman kepada Perusahaan Anak, yaitu PT Maritim Barito Perkasa untuk kegiatan investasi dan kegiatan korporasi lainnya.
Selain itu, sebanyak 14,89% dana hasil IPO ini digunakan oleh Perseroan untuk pembayaran sebagian pinjaman ke PT Adaro Indonesia, berdasarkan Perjanjian Pinjaman 3 Mei 2024.
Sisanya, digunakan untuk pembayaran sebagian pokok atas pinjaman kepada induk usaha, yaitu ADRO, berdasarkan Perjanjian Pinjaman tanggal 24 Juni 2024.