
Resmi Tercatat di BEI, Bagaimana Bantex Menjaga Relevansinya di Tengah Tren Digitalisasi Pengarsipan?

Kristanto Widjaja, Direktur Utama PT Perma Plasindo Tbk
PT Perma Plasindo Tbk (BINO), perusahaan bidang stationery terintegrasi dengan merek Bantex resmi menjadi perusahaan tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (25/11).
Bantex menjadi perusahaan tercatat ke-42 di BEI tahun ini setelah melakukan penawaran umum saham perdana sebanyak 435 juta saham biasa atas nama atau sebanyak 20% dari modal yang telah ditempatkan dan disetor penuh Perseroan setelah penawaran umum.
Kristanto Widjaja, Direktur Utama PT Perma Plasindo Tbk mengatakan perseroan didirikan pada 1992. menaungi beberapa anak perusahaan di bidang stationery yang terintegrasi dari produksi hingga distrubusi dengan merek Bantex yang dimulai sejak tahun 1986 di Indonesia.
“Selain Bantex kami juga mendistribusikan beberapa merek stationery terkenal yang cocok untuk dipakai di kantor, sekolah dan juga untuk kebutuhan personal di rumah,” ujar Kristanto pada seremoni pencatatan perdana saham Bantex, Kamis (25/11).
Kristanto mengatakan perseroan menjual dan mendistribusikan produk dengan standar internaional ke seluruh Indonesia dan pasar luar negeri baik di Asia, Australia, Afrika dan Eropa.
Di tengah tren digitalisasi saat ini masih relevankan dokumen fisik? Menjawab hal tersebut, Kristanto mengatakan perseroan menyadari bahwa digitalisasi telah masuk ke segala aspek kehidupan. Situsai Covid-19 yang sekarang ini terjadi bahkan mempercepat tren digitalisasi ini.
“Oleh karena itu perseroan telah berinovasi mengembangkan Bantex hybrid filing yang telah menggabungkan file digital dan file fisik sehingga bisa tetap mengakomodasi kebutuhan pelanggan dalam hal pengarsipan digital, tanpa meningalkan pentingnya pengarsipan dokumen fisik yang saat ini masih sangat diperlukan,” ujarnya.
Dengan menjadi perusahaan tercatat di Bursa Efek Indonesia, Kristanto berharap perseroan dapat terus mengembangkan usahanya dan terus menjadi yang terdapat di industri stationery dan peralatan kantor.
“Harapan kami juga perseroan dapat menjadi perusahaan yang dipercaya oleh masyarakat dan akan membawa manfaat kepada seluruh stakeholder termasuk para investor,” ujarnya.
Penggunaan Dana IPO
Dengan harga penawaran Rp138 setiap saham, perseroan mendapatkan dana segar sebanyak Rp60,030 miliar dari penawaran umum perdana saham ini. Sebagian besar yaitu sebanyak Rp38 miliar dana hasil penawaran umum ini digunakan untuk pelunasan pokok hutang pihak ketiga.
Penggunaan lainnya adalah sebanyak Rp4,5 miliar akan digunakan sebagai pinjaman kepada Entitas Anak PT Batara Indah dan sebanyak Rp2,85 miliar akan digunakan untuk pembelian 2 bidang tanah di Klaten dari pihak ketiga.
Selanjutnya, sebanyak Rp2,55 miliarakan digunakan sebagai pinjaman kepada Bino Digital Solutions PTE LTD (BDS) untuk pengembangan Bantex hybrid file digital yang akan dilakukan oleh BDS dengan salah satu pemegang sahamnya, yaitu Sircured Pte Ltd di Singapura.
Sisanya akan digunakan oleh Entitas Anak PT Bino Mitra Sejati dengan skema pinjaman (shareholder’s loan) untuk modal kerja sebesar Rp7,83miliar untuk membeli dan memperbanyak stok barang di cabang.