Resmi Tercatat di BEI, Perusahaan Ritel Asal Malaysia Terus Perkuat Posisinya di Pasar Indonesia

0
38

PT Daya Intiguna Yasa Tbk atau yang dikenal dengan nama MR.DIY resmi mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia [BEI] pada Kamis (19/12).

Perusahaan ritel asal Malaysia ini berkomitmen untuk terus memperkuat posisinya di pasar Indonesia.

“MR.DIY terus berkomitmen untuk memperkuat posisinya sebagai pemimpin pasar di sektor ritel perlengkapan rumah tangga,” ujar Edwin Cheah Yew Hong, Direktur Utama MR.DIY pada seremoni pencatatan perdana saham di Main Hall BEI.

MR.DIY meraup dana Rp4,15 triliun dari Pencatatan Perdana Saham atau Initiap Public Offering [IPO].

Jumlah saham yang ditawarkan kepada investor sebanyak 2.519.039.400 saham biasa, yang terdiri dari 2.267.135.400 saham milik Azara Alpina Sdn Bhd dan 251.904.000 saham baru yang dikeluarkan dari portepel Perseroan.

Pada penawaran perdana, emiten dengan kode saham MDIY ini melego sahamnya pada harga Rp1.650 per saham.

Edwin mengatakan, MR.DIY sudah memilik lebih dari 900 jaringan toko yang tersebar di seluruh Indonesia.

“Kami berdedikasi untuk menyediakan perlengakapan rumah tangga yang lengkap, terjangkau dan mudah diakses oleh keluarga-keluarga di seluruh Indonesia,” ujarnya.

Baca Juga :   Hari Pertama Tercatat di BEI, Harga Saham UBC Medical Indonesia Tbk (LABS) Naik Menyentuh ARA

Sekitar 60% dana hasil IPO akan digunakan MR.DIY untuk pembayaran sebagian pokok utang kepada PT Bank CIMB Niaga. Per 30 Juni 2024, saldo pinjaman MR. DIY di bank yang juga berasal dari Malaysia itu sebesar Rp1,28 triliun.

Dari saldo pinjaman tersebut,  nilai pinjaman yang akan dilunasi MR.DIY sebesar Rp250 miliar.

Selain untuk bayar utang, sebanyak 30% dana hasil IPO juga digunakan perusahaan anak Perseroan untuk biaya pembukaan toko baru yang terdiri dari biaya deposit dan uang muka sewa toko, renovasi, pengadaan perabotan dan perlengkapan toko di wilayah Jabodetabek, Jawa, Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, Nusa Tenggara, Papua, dan Kepulauan Maluku. Penggunaan dana tersebut direncanakan dilakukan pada tahun 2025 sampai tahun 2026.

Sekitar 10%dana hasil IPO digunakan untuk modal kerja operasional, antara lain biaya pembelian persediaan, biaya logistik, dan sebagainya. 

Leave a reply

Iconomics