CPOPC akan Tangkis “Serangan” dan Bangun Kepercayaan dengan Sains dan Data

0
15
Reporter: Rommy Yudhistira

Dewan Negara-Negara Penghasil Minyak Sawit (The Council of Palm Oil Producing Countries/CPOPC) menegaskan bahwa minyak sawit merupakan solusi, dan bukan masalah dalam krisis global, terkait deforestasi, energi, serta ketahanan pangan.

Sekretaris Jenderal CPOPC  periode 2022-2025, Rizal Affandi Lukman mengatakan minyak sawit merupakan komoditas paling efisien, dan berkelanjutan di dunia. Selain itu, Indonesia dan Malaysia telah mencatat adanya penurunan kehilangan hutan primer selama 5 tahun berturut-turut, yang mana hal itu menunjukkan bahwa negara produsen berkomitmen serius terhadap keberlanjutan.

“Minyak sawit hanya menggunakan 8,2% dari total lahan tanaman minyak dunia, tetapi menghasilkan 41,8% dari minyak nabati global. Ini menjadikannya sumber yang paling efisien dan layak secara lingkungan,” kata Rizal dalam konferensi pers transisi kepemimpinan di Jakarta belum lama ini.

Berdasarkan data yang dimiliki, Rizal mengungkapkan minyak sawit telah menyumbang lebih dari 50% ekspor minyak dan lemak global, serta dikonsumsi lebih dari 160 negara. Kemudian, produksi minyak sawit dunia tahun 2023 mencapai lebih dari 81 juta ton, dengan Indonesia sebagai produsen, eksportir, dan konsumen terbesar. selanjutnya, Harga ekspor minyak sawit tetap kompetitif secara global (US$ 850–950 per ton), menjadikannya bahan baku utama untuk pangan dan biodiesel di berbagai negara.

Baca Juga :   PTPN VIII akan Konversi Perkebunan Karet Jadi Sawit

Oleh karena itu, Rizal menyebutkan CPOPC akan menyampaikan kepada komunitas global untuk menghentikan pendekatan sepihak terhadap minyak sawit dan mulai membangun narasi baru berbasis fakta, efisiensi, dan keadilan perdagangan.

“Kami tidak bisa dibiarkan bekerja sendiri. Masa depan komoditas ini ada pada kolaborasi lintas benua, harmonisasi standar, dan keberpihakan terhadap petani kecil,” ujar Rizal.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal CPOPC periode 2025-2028, Izzana Salleh mengatakan pihaknya akan membangun kepercayaan berbasis data, dan sains, untuk memastikan keberlanjutan industri minyak sawit.

“Saat negara produsen terus menjadi sasaran ketidakadilan regulasi, suara kita harus semakin kuat. Kami akan membangun kepercayaan melalui sains, data, dan tanggung jawab bersama,” kata Izzana.

Dapatkan berita dan analisis seputar ekonomi, bisnis dan lainnya hanya di theiconomics.com.

Pastikan untuk mengikuti perkembangan terbaru, berita, dan event The Iconomics di akun sosial media kami:
Instagram: the.iconomics
TikTok: @theiconomics
YouTube: @theiconomics
X: theiconomic
LinkedIn: The Iconomics

Leave a reply

Iconomics