JLL Beberkan Tren Investasi Properti Komersial di Asia Pasifik, Apa Lagi Tantangan di Tahun 2024?

0
84

Investasi properti komersial di Asia Pasifik meningkat 3% secara tahunan (YoY) menjadi US$31,6 miliar pada kuartal keempat 2023. Kondisi ini membalikkan tren penurunan pada tujuh kuartal berturut-turut.

Menurut data dan analisis perusahaan konsultan properti JLL (NYSE: JLL), kenaikan volume investasi pada kuartal keempat 2023 membawa sentimen positif setelah melewati tahun yang penuh tantangan di mana volume investasi secara keseluruhan di seluruh wilayah menurun sebesar 17% YoY menjadi US$106,8 miliar.

Tiongkok memimpin pemulihan investasi Asia Pasifik selama dua kuartal berturut-turut, mencatatkan 50% kenaikan (yoy) menjadi US$11,1 miliar. Sementara itu, sektor-sektor seperti logistik turun 5% menjadi US$6,5 miliar dan sektor ‘living’ naik 24% menjadi US$1,5 miliar mencatatkan performa yang lebih baik dibanding sektor lainnya, terutama di Tiongkok. Investasi di perkantoran, yang turun 13% menjadi US$13,7 miliar (yoy), terus melemah di tengah ketidakpastian suku bunga, tingkat re-pricing, dan tingkat hunian.

“Investor di kawasan Asia Pasifik tetap berhati-hati di tengah biaya utang yang masih tinggi. Prospek penurunan suku bunga di tahun ini berpotensi membalikkan tren yang sedang terjadi, tetapi kami melihat bahwa para investor mungkin akan terus mendiversifikasi portofolio investasi mereka – terutama di sektor seperti logistik, industri, dan ‘living’, yang masih memiliki daya tarik di kawasan ini,” kata CEO, Asia Pacific Capital Market, JLL, Stuart Crow dalam keterangan resminya.

Baca Juga :   Menko Airlangga Beberkan Progres Investasi Asing dan Pembangunan Infrastruktur

Jika Tiongkok adalah pasar paling aktif pada kuartal keempat, Singapura mencatatkan penurunan investasi yang paling tajam atau turun 29% secara tahunan (YoY) menjadi US$1,8 miliar. Meskipun investasi lintas batas di Asia Pasifik turun 64% YoY menjadi US$3 miliar pada kuartal keempat 2023, Singapura muncul sebagai investor lintas batas paling aktif, melakukan akuisisi hotel dan logistik besar-besaran di seluruh wilayah dan menyumbang 36% dari volume investasi kuartalan.

Australia sebesar US$4,3 miliar dan Hong Kong sebesar US$2,1 miliar sama-sama mencatatkan peningkatan volume investasi secara tahunan, naik masing-masing 14% dan 6%. Membaiknya sektor ritel di Australia menjadi kontributor utama peningkatan volume investasi pada kuartal keempat, sementara kinerja kuartalan Hong Kong diperkuat oleh dua akuisisi perkantoran yang cukup besar.

Adapun volume investasi di Jepang mencatat regresi menjadi US$4,4 miliar, turun sebesar 53% secara tahunan (YoY), di tengah kekhawatiran Bank of Japan (BOJ) mungkin akan menghentikan kebijakan suku bunga negatifnya yang mempengaruhi minat investor pada aset kantor.

Baca Juga :   Ayoconnect Selesaikan Putaran Pendanaan Seri B+ dengan Total Investasi Rp420 Miliar

Meskipun terdapat bias modal domestik yang kuat di Korea Selatan, transaksi perkantoran yang signifikan berkontribusi terhadap volume investasi pasar sebesar US$4,2 miliar pada Q4 2023, turun sebesar 7% YoY. Meskipun pasar sewa tetap stabil dengan tingkat kekosongan yang rendah dan pertumbuhan sewa yang positif, aktivitas investasi melambat karena sentimen investor yang berhati-hati.

“Tahun 2023 ditutup dengan penurunan dana siap pakai. Ini menunjukkan bahwa investor menyuntikkan modal ke pasar real estat komersial Asia Pasifik dan bersedia mengambil pandangan jangka panjang menghadapi tantangan pasar saat ini. Pada 2024, tantangan akan tetap ada dengan pergerakan suku bunga menjadi faktor penentu dalam aktivitas investasi, dan tekanan penjualan meningkat di beberapa pasar besar di kawasan ini,” kata Kepala Intelijen Investor, Asia Pasifik, JLL, Pamela Ambler.

Leave a reply

Iconomics