Bermitra dengan GMR Airports Consortium di Kualanamu, AP II Bidik Potensi Penumpang dari Asia Selatan

0
497

PT Angkasa Pura II telah menjalin kerja sama dengan GMR Airports Consortium untuk mengelola Bandara Kualanamu, Deli Serdang, Sumatera Utara.

Kedua entitas ini membentuk perusahaan bernama Angkasa Pura Aviasi yang 51% sahamnya dimiliki oleh AP II dan 49% dimiliki GMR Airports Consortium. Angka Pura Aviasi akan mengoperasikan Bandara Kualanamu di bawah kemitraan strategis selama 25 tahun dengan skema BOT (build-operate-transfer), dimana pada akhir kerja sama seluruh aset akan diserahterimakan kembali kepada Angkasa Pura II.

Dengan skema BOT ini, Direktur Utama AP II, Muhammad Awaluddin menegaskan tidak ada jual aset dalam kerja sama ini, sebagaimana rumor yang berkembang. “Kita buat dalam konsep asset lease. Jadi, asetnya itu disewakan. Kita enggak jual. Wong asetnya itu punya kita dan tidak ada di dalam klausul kerja sama itu jual aset,” ujarnya dalam acara Senggol Bang Episode 4: Siapa Rela Jual Bandara yang ditayangkan melalui kanal Youtube Kementerian BUMN.

Dalam acara yang dipandu Arya Sinulingga ini, Awaluddin mengatakan ada sejumlah keuntungan dari kerja sama ini. Selain membayar apron payment sebesar Rp1,58 triliun di depan (sesuai porsi konsesi 49%), GMR Airports Consortium juga akan ikut menyediakan modal untuk pengembangan bandara kedepan.

Baca Juga :   Menilik Kesiapan Angkasa Pura Airports dan Angkasa Pura II Menghadapi Pemudik Lebaran

Sementara kewajiban perusahaan patungan, Angkasa Pura Aviasi, adalah menyetorkan 19% dari pendapatan ke AP II. Kemudian, setiap tahun menyetorkan dividen bila memperoleh laba.

Terkait rencana pengembangan Bandara Kualanamu, Awaluddin mengatakan dalam 25 tahun masa konsesi, Angkasa Pura Aviasi merencanakan belanja modal (capex) sebesar Rp56 triliun. GMR Airports Consortium sebagai pemegang 49% saham akan meneydiakan belanja modal sebesar Rp27 triliun.

Ada pun belanja modal Rp56 triliun tersebut antara lain untuk pengembangan terminal. Saat ini kapasitas terminal Bandara Kualanamu sebesar 8 juta orang. “Gedung terminal itu nanti sampai dengan akir masa kerja sama kita akan jadikan kapasitasnya 65 juta,” ujar Awaluddin. Sebagai perbandingan saat ini kapasitas terminal III Bandara Soekarno-Hatta yang dioperasikan oleh AP II adalah 25 juta orang.

Selain peningkatan kapasitas terminal, dalam 25 tahun kerja sama ini juga direncanakan untuk menambah runway dari saat ini hanya satu menjadi dua.

“Kemudian dikembangkan juga fasilitas pendukung. Terus, kemudian kawasan yang sering kita bahas, yang sering kita cita-citakan, akan mucul kawasan Aero City. Aero City ini kita enggak bisa sendiri, harus disinergikan dengan rencana tata ruang wilayah pemerintah daerah,” ujar Awaluddin. Pemerintah setempat menurut Awaludidin menyambut positif rencana pengembangan Aero City ini.

Baca Juga :   3 Aspek Kolaborasi Angkasa Pura II dan Garuda untuk Mendukung Operasional dan Bisnis

Dengan pengembangan yang dilakukan ini, Bandara Kualanamu akan menjadi regional hub yang akan bersaing dengan Singapura dan Malaysia. Saat ini, penerbangan internasional Bandara Kualanamu hanya ke Malaysia dan Singapura. Dus, traffic internasional hanya menyumbang sekitiar 10%.

“Padahal ada kawasan lagi yang lebih besar yang sebenarnya kita enggak tangkap. Asia Selatan. Populasi yang begitu besar, ada keterhubungan secara kultural, keterhubungan secara bisnis dan sebagainya [dengan Indonesia],” ujar Awaluddin.

Selama ini penumpang dari Asia Selatan seperti India yang hendak ke Indonesia harus transit di Bandara Changi di Singapura. “Sekarang kita bisa menyediakan alternatif itu,” ujarnya.

Secara geografis, menurutnya, posisi Sumatera Utara lebih dekat ke Asia Selatan ketimbang Malaysia atau Singapura.”Kita bisa menyediakan dengan alternatif cost yang jauh (lebih murah),”ujarnya.

Leave a reply

Iconomics