Mengapa Ekspansi Go-Jek ke Malaysia Jadi Kontroversi?

Pemerintah telah berjanji akan menyelesaikan masalah pengangguran, transportasi publik, investasi dan lain sebagainya. Alih-alih mewujudkan janji itu, pemerintah justru mengizinkan Go-Jek beroperasi di Malaysia
0
1146

Iconomics – Kontroversi rencana ekspansi Go-Jek ke Malaysia tampaknya masih akan terus menjadi wacana. Terbaru “perang” urat syaraf di media sosial mencuat lantaran ucapan pendiri Big Blue Taxi yang menyebut Go-Jek cocok di Indonesia karena penduduknya miskin.

Pernyataannya ini lantas memicu pengemudi Go-Jek di Indonesia berencana untuk berdemonstrasi di depan Kedutaan Besar Malaysia di Jakarta pada 3 September mendatang. Pernyataan bos Big Blue Taxi, Shamsubahrin Ismail dinilai menyinggung perasaan pengemudi ojek daring sekaligus merendahkan profesi mereka.

Di samping protes itu, seperti yang dilaporkan The Star pada Rabu (28/8), Shamsubahrin juga menerima banyak pesar dari orang Indonesia di akun media sosialnya. Tahu dirinya diprotes dan mengetahui rencana demo pengemudi Go-Jek, Shamsubahrin pun meminta maaf kepada semua pengemudi Go-Jek di Indonesia.

“Saya berharap tidak ada demonstrasi, kepentingan dan hubungan kedua negara tetap berjalan dengan baik,” tutur Shamsubahrin dalam keterangan resminya.

Lantas mengapa Shamsubahrin khawatir dan menolak keberadaan Go-Jek? Dikatakannya, keberadaan Go-Jek di Malaysia tentu saja akan berdampak terhadap profesi sopir taksi, sopir bus dan lain sebagainya. Pemerintah karena itu diminta untuk tidak mengabaikan kekhawatiran ini.

Baca Juga :   Bridge to Brilliance – USANITA ft Jakarta, Jembatan Kerja Sama Pengusaha Malaysia-Indonesia

Meski pemerintah Malaysia telah memberikan lampu hijau Go-Jek akan mengaspal di negeri serumpun itu, tak lalu warga Malaysia sepenuhnya setuju. Namun, Perdana Menteri Mahathir Mohamad mengingatkan masyarakat bahwa mereka tidak dipaksa untuk menggunakan Go-Jek.

Jika masyarakat merasa tak aman, maka warga tidak perlu menggunakannya. Tapi, Mahathir meyakini kehadiran Go-Jek di Malaysia akan bermanfaat bagi usaha kecil. Dan dia juga mengakui tawaran serupa pernah datang dari pemain lokal, tapi tampaknya belum terorganisir secara baik.

Dengan mengizinkan Go-Jek beroperasi di Malaysia, maka akan menyediakan ribuan lapangan pekerjaan bagi kaum muda di sana. Salah satu masalah besar di Malaysia adalah tingkat pengangguran untuk anak muda mencapai 13,2% pada 2018. Lalu, dengan mengizinkan Go-Jek beroperasi menjadi sebuah sikap positif Malaysia atas investasi asing.

Warga Menolak
Akan tetapi, sangat disayangkan jika itu yang menjadi landasan pemikiran pemerintah. Laporan Free Malaysia Today menyebutkan, Pakatan Harapan, partai pemenang dan pendukung pemerintah telah berjanji akan menyelesaikan masalah pengangguran, transportasi publik, investasi dan lain sebagainya. Alih-alih mewujudkan janji itu, Pakatan Harapan justru mengambil sikap praktis dan instan khususnya karena mengizinkan Go-Jek beroperasi di Malaysia.

Baca Juga :   Uniqlo Resmikan Toko Pertama di Palembang dan ke-36 di Indonesia

Adapun janji Pakatan Harapan meliputi meningkatkan kualitas transportasi publik dengan menyediakan lebih dari 10 ribu bus. Mewujudkan janji ini dinilai jauh lebih bermanfaat secara ekonomi ketimbang mengizinkan Go-Jek beroperasi. Semisal, membuka lapangan kerja dan meningkatkan usaha mikro kecil dan menengah di Malaysia karena menyangkut pemeliharaan armada bus.

Belum lagi pekerjaan sebagai pengemudi Go-Jek yang sangat berisiko. Pasalnya, pengemudi sama sekali tanpa perlindungan sosial dan tidak ada jaminan pensiun dari perusahaan. Data statistik Direktorat Perhubungan Darat di 2018 menunjukkan, 60% kecelakaan sepeda motor di Malaysia selalu menyebabkan kematian di Malaysia.

Penolakan warga itu juga terekam lewat survei New Straits Times pekan lalu, sekitar 65% warga internet menentang kebijakan pemerintah Malaysia karena mengizinkan Go-Jek beroperasi di sana. Hasil itu merupakan jajak pendapat sekitar 2.000 pengguna Facebook.

Chaterine Lai, seorang pengguna internet, misalnya, berpendapat, pihaknya menentang kebijakan tersebut. Pemerintah dinilai semestinya fokus meningkatkan layanan sistem transportasi publik ketimbang mengizinkan transportasi sepeda motor.

“Saya tidak berbicara tentang membangun lebih banyak jalan atau jalan layang walau itu akan membantu,” kata Chaterine.

Baca Juga :   Menteri BUMN Nilai Orang yang Kritik Hilirisasi Perlu Dipertanyakan Nasionalismenya

Sebelum di Malaysia, Go-Jek telah berekspansi ke Singapura, Filipina, Thailand dan Vietnam. Dengan pendapatan kotor sekitar US$ 9 miliar pada 2018 menjadikan Go-Jek sebagai perusahaan rintisan terbesar di Asia Tenggara.

Perusahaan ini kali pertama meluncur pada 2010 oleh Nadiem Makarim. Selain menjadi perusahaan transportasi berbasis aplikasi, Go-Jek telah merambah layanan lain seperti logistik hingga membangun perusahaan finansial teknologinya. [The Star/New Straits Times/Free Malaysia Today]

Dapatkan berita dan analisis seputar ekonomi, bisnis dan lainnya hanya di theiconomics.com.

Pastikan untuk mengikuti perkembangan terbaru, berita, dan event The Iconomics di akun sosial media kami:
Instagram: the.iconomics
TikTok: @theiconomics
YouTube: @theiconomics
X: theiconomic
LinkedIn: The Iconomics

Leave a reply

Iconomics