Jangan Sepelekan Doom Spending, Simak Tips Menghindarinya

0
5

Jangan sepelekan doom spending. Istilah doom spending populer di kalangan generasi milenial dan gen Z. Doom spending diterjemahkan sebagai kebiasaan belanja impulsif untuk merespons stres, kecemasan, atau ketakutan akan persoalan dan masa depan yang tidak pasti. Paparan media sosial juga telah turut memengaruhi kebiasaan ini.

Faculty Head Sequis Quality Builder, Sequis Training Academy of Excellence (STAE), Fandi Murdani mengatakan doom spending berpotensi menjadi masalah serius jika tidak disertai dengan perencanaan keuangan.

Fandi menyarankan agar generasi muda mempelajari dan disiplin melakukan perencanaan keuangan meskipun sebagian orang merasa melakukan perencanaan keuangan tidak mudah dan mengekang. Ia juga menyarankan agar generasi muda mengurangi kebiasaan doom spending.

“Menghentikan doom spending bukan berarti menghentikan kebahagiaan. Perilaku ini sebenarnya tidak mendatangkan bahagia, justru berdampak buruk pada stabilitas keuangan jangka panjang. Malahan, dengan menyeleksi pengeluaran dan memprioritaskan masa depan, Anda dapat menikmati hidup saat ini dan memungkinkan mencapai hari esok yang lebih baik,” kata Fandi dalam keterangannya.

Baca Juga :   Langkah-langkah Bikin Milenial Betah dan Produktif ala CEO Astra Agro

Fandi membagikan tips supaya terhindar dari perilaku doom spending. Pertama, alternatif mengatur emosi selain belanja. Fandi menyarankan agar ketidakpastian finansial direspons dengan bijaksana, seperti giat menabung dan berhemat, termasuk tidak membuka aplikasi belanja, atau mencari pendapatan tambahan.

“Tidak semua permasalahan dapat diatasi dalam waktu singkat. Namun, banyak pilihan untuk mengatur emosi. Ketika merasa stres, daripada membuka aplikasi belanja online, coba lakukan aktivitas lain, seperti meditasi, menjalankan hobi, minum teh sore bersama pasangan atau orang tua, atau berolahraga,” kata Fandi.

Kedua, perencanaan keuangan penting dilakukan. Generasi milenial yang sudah memiliki penghasilan, tentu lebih mudah untuk berbelanja karena tidak perlu minta pada orang tua. Namun hati-hati terjebak dalam kebiasaan doom spending. Untuk itu, lakukan perencanaan keuangan agar gaji dapat dimanfaatkan untuk hal-hal yang bermanfaat.

“Disiplin menjalankan perencanaan keuangan sebenarnya memudahkan kita menjalani hidup. Anda masih dapat memanjakan diri dengan berlibur, ngopi, belanja, menjalankan hobi tanpa merusak kestabilan keuangan sebab sedari awal mendapatkan gaji, Anda sudah mengaturnya sedemikian rupa,” kata Fandi.

Baca Juga :   Dukung Industri Jasa Keuangan, Iconomics dan RRI Gelar Financial Award 2019

Salah satu bentuk kehati-hatian menggunakan uang adalah tidak mudah tergiur mengikuti tren demi diterima di lingkungan atau demi mendapatkan hiburan. Misalnya bakal berpikir dua kali untuk membeli gantungan boneka labubu yang nilainya mahal jika biayanya di luar dari perencanaan keuangan yang disusun.

Ketiga, alokasikan dana darurat. Alokasi dana darurat dan investasi dapat dimulai dengan alokasi gaji untuk pos ini sebesar 10% kemudian tingkatkan 20% dan seterusnya,

Keempat, miliki asuransi kesehatan dan asuransi jiwa. Asuransi jiwa dan asuransi kesehatan adalah strategi efektif untuk mengelola risiko finansial yang dapat terjadi pada masa depan. Fandi menyarankan agar generasi muda tidak skeptis pada asuransi. Selama kondisi kesehatan masih prima, usia masih produktif, dan menjawab pertanyaan saat mengisi Surat Permintaan Asuransi (SPA) dengan benar maka asuransi menjadi strategi finansial untuk mempersiapkan dan mengurangi dampak ancaman kelangsungan hidup.

Kelima, berinvestasi membantu capai tujuan keuangan. Investasi bermanfaat untuk memperkuat kemandirian finansial, menjaga nilai aset dari inflasi, dan membantu tersedianya dana untuk keperluan masa depan. Bisa mulai berinvestasi di deposito dan reksa dana.

Leave a reply

Iconomics