3 Kunci Utama Perusahaan agar Bertahan di Masa Kebiasaan Baru Covid-19, Apa Saja?
Executive Vice President PT Freeport Indonesia dan Ketua Public Affairs Forum Indonesia Agung Laksamana membeberkan 3 kunci utama agar perusahaan dapat bertahan di era kebiasaan baru pandemi Covid-19. Ketiga kunci utama itu yaitu adopsi, adaptasi dan mahir.
Agung mengatakan, memasuki era pandemi Covid-19 yang belum diketahui kapan akan berakhir, suatu perusahaan harus dapat memberikan dampak yang positif bagi para karyawan melalui pendekatan yang sesuai dengan kondisi saat ini. Karena itu, ketiga kunci utama itu menjadi penting di era kebiasaan baru.
“Kita harus mengadaposi kondisi saat ini, kita harus beradaptasi dengan strategi-strategi baru, dan kita harus mahir, memahami kecanggihan untuk lebih canggih lagi ke depannya,” kata Agung dalam webinar bertajuk Employee Engagement di Era Adaptasi Kebiasaan Baru yang digelar The Iconomics, Rabu (2/3).
Pada era pandemi Covid-19, kata Agung, berdasarkan data yang ada, sebanyak 53% karyawan merasa capai dan jenuh dengan tantangan bekerja dari rumah (WFH). Bahkan perusahaan global menunjukkan sebanyak 13% karyawan tidak memiliki hubungan emosional terhadap perusahaan.
“Jadi engagement karyawan menjadi rendah di tempat kerja, hasilnya produktivitas rendah, dan tentunya profit yang akan rendah,” ujar Ketua Public Affairs Forum Indonesia (PAFI) itu.
Meski demikian, kata Agung, era kebiasaan baru juga berdampak positif di mana sebanyak 85% karyawan akan termotivasi jika komunikasi internal perusahaan seperti pembaruan reguler, kinerja perusahaan, dan tantangan perusahaan ke depan bisa diketahui secara berkala. Jika karyawan sudah memiliki hubungan emosional dengan perusahaan, maka secara tidak langsung hal tersebut akan memberikan dampak positif, termasuk dalam hal membangun bagi perusahaan.
Mengutip data Gallup, sebuah perusahaan konsultan, Agung mengatakan, sekitar 24% perusahaan akan profit bila sangat engagement dengan karyawan. Dengan demikian, secara tidak langsung employee engagement akan memiliki dampak terhadap bottom line. Juga disebutkan apabila karyawan berkomitmen terhadap organisasi, maka kemungkinan kecil mereka akan meninggalkan perusahaan tersebut.
Sedangkan, data Harvard Business Publishing, kata Agung, menunjukkan sebesar 5% dari sikap staf akan membawa implikasi 0,5% terhadap revenue. Jika sikap staf bertumbuh, setidaknya 2% gross revenue akan meningkat.
“Jadi tantangan kita sendiri, teman-teman semua para praktisi adalah what is our company purpose? Jadi finding your company purpose. Di sinilah misi kita bagaimana membuat menciptakan purpose kepada semua karyawan kita,” katanya.