Covid-19 Bikin Industri Farmasi Kesulitan Pasokan Bahan Baku

Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir/Istimewa
Iconomics - PT Bio Farma (Persero) membantah anggapan pandemi Covid-19 menguntungkan industri farmasi. Justru, merebaknya pandemi telah memunculkan persoalan bagi industri farmasi dalam negeri di mana 90% dari bahan baku masih diimpor dari luar negeri.
“Permasalahan kita bahan baku. Bahan baku di Indonesia untuk industri farmasi 90% dari impor. Saat pandemi terjadi rebutan pasokan bahan baku. Negara-negara lain juga membatasi ekspornya untuk ketahanan negara masing-masing,” kata Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir saat rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR di Jakarta, Senin (5/10).
Honesti mengatakan, sebagian besar dari pasokan bahan baku obat-obatan global dikuasai oleh beberapa negara saja seperti India dan Tiongkok. Dengan demikian, ketika peningkatan permintaan ditambah lagi dengan terbatasnya persediaan terjadi menyebabkan kenaikan harga baku hingga 5 kali lipat dari harga normal.
Kendati begitu, kata Honesti, pendapatan holding BUMN farmasi secara konsolidasi mampu menunjukan perbaikan dibanding 2019 yang mencapai Rp 13,3 triliun. Hingga Semester I/2020, pendapatan holding BUMN farmasi mencapai Rp 5,7 triliun. Lantas laba bersih konsolidasi sepanjang Semester I/2020 mengalami perlambatan sebab tercatat hanya Rp 94 miliar, turun 75% dibandingkan 2019 senilai 380 miliar.
“Laba bersih agak berat karena ada biaya-biaya akibat pandemi. Pendapatan kita optimistis tidak akan rugi tapi memang tidak sama saat kondisi normal,” kata Honesti.
Honesti optimistis kinerja holding BUMN farmasi akan terus meningkat mengingat adanya penugasan dari pemerintah terkait pengadaan vaksin hingga proses vaksinasi. “Nanti ada Keppres, kami BUMN farmasi akan diminta pemerintah jadi bagian terdepan, mulai dari pengadaan vaksin, jarum suntik, alkohol, hingga membantu tenaga kesehatan,” katanya.