CPO Topang Perekonomian Sulbar Saat Ini, Masa Mendatang?
Sulawesi Barat (Sulbar) memiliki tumpuan ekonomi dari minyak mentah kelapa sawit (crude palm oil). Menurut data Dinas Perkebunan Sulawesi Barat, hingga tahun 2018 jumlah perusahaan kelapa sawit di Sulawesi Barat mencapai 17 perusahaan dengan luasan lahan perkebunan yaitu 79 ribu hektar.
Sekretaris Daerah Provinsi Sulbar, Muhammad Idris menuturkan riset yang dilakukan oleh Bank Indonesia mengungkapkan bahwa ada dua sayap dalam pembangunan daerah Sulbar hanya dua yaitu investasi langsung dari pemerintah dan CPO. “Jika ingin menghentikan perekonomian Sulbar, sebenarnya mudah saja. Hentikan perkembangan industri kelapa sawit,” tegas Muhammad Idris di Hotel Maleo, Mamuju, Kamis (14/11/2019).
Hadirnya komoditas-komoditas lain, tidak mengecilkan peran industri kelapa sawit. Dalam siaran pers, Muhammad Idris menambahkan bahwa pemerintah mendukung dan mendorong pembangunan industri sawit di Sulbar. Hal ini dibuktikan dengan dibentuknya struktur khusus dalam instansi Dinas Perkebunan untuk memfokuskan perkembangan sektor perkebunan, khususnya kelapa sawit.
Sesuai dengan Instruksi Presiden no. 12 Tahun 2019, Pemerintah Sulbar juga akan meningkatkan kolaborasi pemangku kepentingan untuk memperkuat data-data yang akan mendukung dan menjadi dasar untuk perkembangan industri.
Pelaku industri kelapa sawit Sulbar, terutama petani menghadapi permasalahan produktifitas kebun kelapa sawit. Guru Besar Pertanian Universitas Hasanuddin, Prof. Dr. Laode Asrul memaparkan hal-hal yang mempengaruhi rendahnya produktifitas kelapa sawit diantaranya bibit palsu dan penerapan Good Agricultural Practices.
Laode Asrul menjelaskan 1 juta hektar lahan perkebunan sawit di Indonesia masih menggunakan bibit yang tidak bersetifikat (bibit palsu) sehingga mempengaruhi produktifutas. Rata-rata produktifitas minyak kelapa sawit Indonesia hanya 3,6 ton/ha per tahun, sementara lembaga riset mengungkapkan potensi produksi kelapa sawit bisa mencapai 7-9 ton/ha per tahun sehingga kurang memuaskan.
Dari segi Good Agricultural Practices, petani cenderung belum mengimplementasikan best management practices yang sebenarnya dapat mendongkrak produktifitas sawit. Menurut Laode, adanya defisiensi hara pada tanah dan defisiensi pupuk terutama pasca masa panen merupakan masalah yang sering terjadi pada perkebunan rakyat.