Drone Emprit: Media Sosial Kini Dimanfaatkan untuk Pengaruhi Opini Publik

0
76
Reporter: Rommy Yudhistira

Hasil analisis Drone Emprit menangkap pergeseran manfaat media sosial, dari sebelumnya untuk menjalin pertemanan, kini digunakan untuk mempengaruhi opini publik. Soal itu, masyarakat di Mesir juga pernah memanfaatkannya untuk menyebarkan informasi pemberontakan pada 2011.

Founder Drone Emprit dan pakar media sosial Ismail Fahmi mengatakan, yang terjadi di Mesir waktu itu, tidak sedikit masyarakat mengajak melakukan revolusi lewat media sosial. “Salah satu contohnya bagaimana Facebook digunakan untuk menggerakan orang-orang di Mesir, supaya bangkit melawan pemerintah pada waktu itu,” kata Ismail di acara Comms Outlook 2024: Adaptive & Optimistic yang digelar The Iconomics di Jakarta, Senin (29/1) kemarin.

Dalam konteks Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024, kata Ismail, para tim sukses pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) memanfaatkan media sosial untuk mempengaruhi publik. Karena itu, hasil analisis Drone Emprit menemukan pasangan Nomor Urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka cenderung unggul di media sosial TikTok dibanding pasangan Nomor Urut 1 Anies Baswedan-Muhaimin, dan pasangan Nomor Urut 3 Ganjar Pranowo-Mahfud MD.

Baca Juga :   Dirkeu BRI Sebut BUMN Punya Peran Ganda untuk Negara

Buktinya, kata Ismail, dapat terlihat dari besarnya jumlah post, like, comment, share, dan view yang digabung menjadi interaksi. Catatan Drone Emprit menemukan Prabowo-Gibran unggul dengan interaksi tertinggi yang mencapai 376 juta interaksi pada periode pengambilan data 16-21 Januari 2024.

Selanjutnya, kata Ismail, pasangan Anies-Muhaimin menempati urutan kedua dengan 241,7 juta interaksi. Lalu, pasangan Ganjar-Mahfud memiliki jumlah interaksi lebih rendah yakni sekitar 190,9 juta interaksi. “Kalau di X (Twitter) itu sudah dikuasai 01, dan 03, tapi kalau di TikTok itu dikuasai 02, sedangkan 01 dan 03 keteteran di sana,” ujar Ismail.

Di samping itu, kata Ismail, para tim sukses dan simpatisan dari ketiga pasangan calon tersebut memanfaatkan sistem teknologi bot untuk menggiring opini publik, agar pasangan yang diusung mendapat perhatian di media sosial. Penggunaan sistem bot, dapat terlihat dari adanya aktivitas komputerisasi dalam unggahan dan hastag yang digunakan untuk mencapai trending topik.

“Ada hastag-hastag yang tidak mungkin orang normal mengetik, itu biasanya pakai mesin, pakai komputer, namanya bot. Computational propaganda. Jadi sebetulnya setiap hari kita sudah disajikan computational propaganda,” kata Ismail lagi.

Baca Juga :   Blibli Berencana Tambah 5 Gerai Toko Retail Fisik hingga Akhir Tahun Ini

Mengutip laporan Oxford University, kata Ismail, pemanfaatan media sosial untuk menyebarkan pesan juga sudah dilakukan pemerintah, militer, dan partai politik. Hal itu dilakukan untuk mempengaruhi opini publik, dan pesan yang disampaikan bisa diterima.

Cyber troops ini computational propaganda, bagaimana militer, partai, pemerintah mencoba mempengaruhi opini publik dengan cyber troops, bahasa keren kita namanya buzzer. Bahasa kita pakai buzzer dan bot. Ini kita hampir setiap saat disajikan ini,” katanya.

Leave a reply

Iconomics